REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Arus mudik dan balik Lebaran menjadi ajang favorit lalu lintas pemudik asal Jawa dan Sumatra melintas di Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum) ruas Lampung. Selain jalan tol, setiap pemudik berkendaraan roda dua, empat dan lebih mau tidak mau melintas di Tanjakan Tarahan KM 21-22 Jalinsum.
Tanjakan Tarahan yang berada di Desa Tarahan, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan, kondisi sebelumnya menanjak, menikung, dan berada perbukitan dekat tepian pesisir Teluk Lampung. Saking seringnya terjadi kecelakaan beruntun, mobil mogok, dan rawan kriminalitas, tanjakan tersebut terus dipugar menjadi sedikit lebih landai. Namun, tak mengubah jalurnya.
Pemantauan Republika.co.id, Selasa (28/5), pos polisi sudah berdiri di tempat itu, rambu-rambu lalu lintas peringatan juga terpasang di berbagai sisi jalan, median pemisah jalan setinggi 50 cm dipasang memanjang jalur tanjakan. Pengendara dari Kota Bandar Lampung menuju Pelabuhan Bakauheni, dari bawah biasanya langsung menancap gas kendaraannya agar tidak terhenti di tengah tanjakan.
Sedangkan dari kendaraan dari Pelabuhan Bakauheni menuju kota Bandar Lampung dan kota-kota di Sumatra, biasanya tidak menekan gas kendaraannya karena menukik dan menikung. Kecelakaan beruntun sering terjadi karena kondisi truk sarat muatan yang tidak sanggup menanjak ketika berada di tengah tanjakan dan menikung. Akibatnya, truk mundur, dan menabrak kendaraan di belakangnya.
Hal sama terjadi pada arus kendaraan dari Bakauheni (atas) melaju turun tanpa terkontrol sehingga kurang kendali kendaraan dan menabrak kendaraan di depannya. Sedangkan pengendara motor kerap menjadi sasaran begal ketika melintas di kawasan Tanjakan Tarahan di waktu sepi atau lengang pagi atau malam hari.
Kondisi Tanjakan Tarahan di KM 21 - 22 Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum) Lampung, Selasa (28/5).
Kepala Desa Tarahan Junaidi membenarkan Tanjakan Tarahan sering terjadi kecelakaan lalu lintas, karena tanjakan tersebut tinggi dan panjang lalu menikung. “Sudah tidak terhitung lagi banyaknya kecelakaan di sini (tanjakan),” katanya.
Menurut dia, Tanjakan Tarahan seperti pernah diberitakan masuk dalam tujuh tanjakan di Indonesia yang rawan kecelakaan. “Pernah masuk televisi Tanjakan Tarahan rawan kecelakaan,” ujarnya.
Sudah tak terdata lagi jumlah kecelakaan yang terjadi di Tanjakan Tarahan. Tahun lalu, 22 Maret sebuah truk fuso hilang kendali saat berada di tengah tanjakan. Enam mobil di belakang truk ringsek dihantam truk yang mundur mendadak. Empat orang meninggal, lima orang luka berat.
Pemudik bermotor diimbau tetap waspada saat melakukan perjalanan mudik pada malam hari. Syahroni (31 tahun), warga Bekasi, Jawa Barat harus menderita luka bacok setelah pembegal menghalaunya saat mudik melintas di Jalinsum, Lampung, Sabtu 9 Juni 2018 dini hari.
Pada arus mudik tahun lalu, korban hendak pulang kampung menggunakan motor berboncengan dengan rekannya satu kampung di Desa Kejayaan, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Mereka berangkat dari Bekasi pada siang hari. Setelah tiba di Pelabuhan Bakauheni sudah malam.
Kondisi Tanjakan Tarahan di KM 21 - 22 Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum) Lampung, Selasa (28/5).
Korban bersama rekannya berboncengan motor, melanjutkan perjalanan mudik ke kampung halaman pada dini hari sekira pukul 2.00 WIB. Saat melintas di jalinsum persisnya di Tanjakan Tarahan, Lampung Selatan, ia dikuntit tiga motor dari belakang yang merupakan kawanan begal.
Tiga motor dengan enam orang tersebut memepet motor korban. Jalanan sepi membuat korban tidak berdaya. Ia dibacok pelaku dan motor korban dibawa lari. Setelah terpapar di jalanan warga setempat membantu korban membawa ke puskesmas terdekat.
Banyak cerita mistis dan mitos yang beredar di kalangan masyarakat setempat. Bahkan cerita tersebut tersebar di kalangan supir khususnya supir truk barang yang biasa melintas ke Pelabuhan Bakauheni. Ada yang menyebutkan di tanjakan tersebut terdapat makam raja asal Banten, dan juga sebelumnya tanjakan itu landai, namun setelah Gunung Anak Krakatau meletus menjadi curam.
Hartoyo, supir truk barang asal Bandar Lampung mengaku setiap melintas di Tanjakan Tarahan selalu waspada. Tanjakan tersebut dari bawah hingga mencapai puncaknya panjang dan menikung. Menurut dia, tanjakan ini memang rawan kecelakaan karena dari bawah siap menanjak dan menikung sampai dua kilometer lebih tanpa berhenti.
“Kami selau waspada melintas di Tanjakan Tarahan baik menanjak atau menurun. Kalau terhenti di tengah justru bahaya,” ujarnya.