Oleh: Fahmi Mada, jurnalis senior dan Gastrology, tinggal di Jakarta.
Di akhir Ramadhan 2019 nama Aceh mendadak 'melangit' terkait soal polemik referendrum yang diucapkan Mudzakir Manaf (Muallem). Orang biasa hingga pejabat penting negeri ini membicarakannya. Ada yang berkata penuh emosi namun ada yang menanggapinya dengan sikap wajar saja.
Namun di luar soal itu, sebenarnnya ada warisan budaya yang berlangsung dan terus terjaga di tanah leluhur saya itu hingga kini. Ritual yang sudah turun temurun dari para leluhur yang sudah berbilang ratusan tahun. Ritual tersebut dikenal dengan nama "Meugang" atau ada juga yang menyebutnya "Makmeugang".
Bila hari Meugang berlangsung serentak seluruh Aceh. Pasar-pasar dipenuhi pedagang yang menjual daging sapi atau kerbau. Warga keluar dari rumah datang ke pusat keramaian. Mereka membeli daging menurut kemampuan ekonomi yang dimikinya.