REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Ida Safitri (19 tahun), seorang pramuka saka bhayangkara, baru saja selesai menolong seorang pemudik yang lanjut usia (lansia). Dia membantu mengangkat barang bawaan pemudik tersebut dari pintu masuk dermaga menuju tangga yang mengarah ke jembatan dermaga Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten.
Sejurus kemudian, dia duduk sejenak di lantai lorong tempat para pejalan kaki hilir-mudik. Dia tampak bersandar pada dinding sambil menyelonjorkan kakinya. Berjam-jam lamanya dia bersama rekan-rekan membantu para pemudik di pelabuhan ini.
Akan tetapi, belum tuntas nafas lelahnya hilang, terdengar suara sinis. "Malah duduk-duduk aja. Petugas itu kerja dong bantu orang-orang di sini," ucap seorang ibu yang entah siapa kemudian berjalan pergi meninggalkan perempuan remaja ini begitu saja.
Ida pun tidak berlama-lama duduk. Dia kembali berdiri, lalu berjalan ke pos jaganya.
Penggalan kisah di atas hanya sekelumit dari cerita suka-duka Ida Safitri. Anak muda ini mengaku sudah dua kali mengikuti tradisi membantu pelayanan arus mudik di Merak.
Anggota Pramuka membantu pemudik di Pelabuhan Merak, Banten, Ahad (2/6) dini hari.
Menurutnya, pengalaman pahit seperti itu kerap terjadi. Anggota Pramuka dalam kegiatan sosialnya melayani pemudik, tetapi kadangkala dianggap seperti petugas biasa yang menerima gaji.
"Ya itu memang kalau kita lagi apes aja, mau duduk sebentar buat istirahat, tapi orang enggak tahu. Jadi, keliatannya lagi malas-malasan," ucap Ida yang saat ini masih mengenyam pendidikan tinggi di Poltekkes Aisyiyah Cilegon.
Hal tidak menyenangkan juga pernah dialami Abdul Rauf (15 tahun). Siswa kelas 11 ini mengaku pernah kena omelan pemudik saat membantu mengangkat barang bawaannya. Sebab, Abdul dianggap berjalan terlalu lamban, walaupun sebenarnya beban barang bawaan pemudik itulah yang menjadi penyebabnya. "Iya ada omongan kayak ngejek seperti itu sambil kayak marah," kenang Abdul Rauf.
Dia berasal dari Bojonegara. Dari rumahnya, dia menempuh jarak tempuh sekitar 40 menit ke Pelabuhan Merak untuk mengikuti kegiatan Pramuka di titik-titik keramaian pemudik.
Berbeda dengan Ida, dia mengaku, tahun inilah pengalaman pertamanya sebagai seorang anggota Pramuka membantu pemudik.
Namun, dia sudah lama aktif. Bersama dengan teman-temannya, dia ikut dalam Saka Bhayangkara karena senang membantu orang lain. Toh sejak mengikuti Pramuka di SMP, dia sudah banyak mengikuti aktivitas.
Selama berkegiatan di Pelabuhan Merak pada musim mudik ini, dia tinggal menumpang di Kantor Polsek Merak. Tempat tidur seadanya dan jauh dari keluarga. Dua hal itu mesti dilaluinya untuk membantu para pemudik di pelabuhan ini.
Apakah itu membuatnya "kapok"? Abdul Rauf menyanggahnya. Bahkan, dia tetap ingin mengikuti kegiatan ini pada musim mudik tahun depan.
***
Pamong Saka Bhayangkara Polres Cilegon, Mulyana yang merupakan penanggungjawab kegiatan Pramuka di Merak. Dia mengaku sudah membantu melayani pemudik sejak 2013 lalu. Dirinya membenarkan beberapa pengalaman sulit yang diterima para anggota Pramuka ini.
"Ada ucapan kasar beberapakali terlontar dari pemudik ke kita. Kayak misalnya jalannya lambat pas bantu angkat barang. Sampai kemarin waktu antrean panjang di loket karena manifest-nya lama itu kita kena ucapan kayak gitu," jelas Mulyana.
Meski mendapati pengalaman pahit, lanjut Mulyana, para Pramuka tetap ingin turut serta dalam operasi siaga mudik, kendati mereka tidak mendapat upah yang lebih.
"Di tahun 2017 itu sempat tidak anggaran dari ASDP sama sekali untuk kita. Namun, kita tetap jalan. Saya meminta ke pihak pengelola untuk tetap diberi kesempatan membantu, beribadah kan menolong orang. Akhirnya dibolehkan, walaupun kalau buka puasa atau makan ya sepiring tiga orang, tapi tetap mereka (para anggota Pramuka -Red) semangat," tutur dia.
Anggota Pramuka membantu pemudik di Pelabuhan Merak, Banten, Ahad (2/6) dini hari. Sejumlah anggota pramuka disiagakan untuk membantu pemudik pada arus mudik dan arus balik lebaran 1440 H.
Beberapa kali dirinya melarang Praja didikannya untuk ikut membantu di Pelabuhan. Alasannya, khawatir bila tidak bisa memberikan makan yang layak untuk mereka. Namun, toh mereka tetap meminta disertakan.
"Saya beberapakali melarang itu, khawatir orangtuanya keberatan kan anaknya jaga sampai pagi tapi makan sama ongkosnya nggak terjamin," jelasnya. Namun, meski sudah diberitahu seperti itu para Praja tetap datang karena mengaku sudah hobi dengan kegiatan Pramuka.
Para Praja ini mulai melayani Pemudik sejak H-7 hingga H-2 lebaran yaitu pukul 20.00 WIB malam hingga pukul 08.00 WIB. Sebanyak 45 Pramuka Saka Bhayangkara ikut serta pada pelayanan arus mudik tahun ini yang berasal dari remaja SMA, Mahasiswa hingga karyawan. Mereka mengaku siap merealisasikan Dasa Darma kelima "Rela menolong dan tabah" khsusnya di momen mudik tahun depan.