REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki H+7 Lebaran Idul Fitri 1440 H, penumpang bus arus balik menuju Jakarta (Terminal Kampung Rambutan) dari Cirebon dan sekitarnya, masih cukup tinggi. Kondisi ini, pun berdampak pada masih tingginya tarif yang harus dibayarkan oleh para penumpang.
"Masih Rp 150 ribu per penumpang," kata Ety Nurhayati warga Depok yang baru mudik dari kampung halamannya di daerah Pamanukan, Kabupaten Subang, saat ditemui Repulika.co.id, di Terminal Kampung Rambutan, Rabu (12/6).
Tarif itu berlaku untuk semua penumpang baik yang berangkat dari Kuningan, Cirebon, Indramayu maupun Pamanukan. "Dipukul rata semua. Naik dari Pamanukan juga sebesar itu," katanya.
Tarif sebesar itu, kata pekerja swasta di kawasan Depok ini, sama dengan tarif yang dikenakan saat musim mudik kemarin. "Waktu kemarin mudik juga tarifnya sebesar itu. Sekarang pun masih mahal," ujarnya.
Padahal, kata Kusnadi (35 tahun) warga Lelea, Kabupaten Indramayu, tarif sehari-hari hanya berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu. "Tarif sekarang ini hampir sama dengan tahun sebelumnya ya Rp 150 ribu-an lah," kata penumpang lain Bus Luragung yang berprofesi sebagai pedangan ini saat dimintai komentarnya.
Kondektur Bus Luragung, Ismantoro (35) mengatakan, pengenaan tarif tuslah itu kemungkinan hingga Ahad depan. "Tapi bisa juga lihat situasinya. Kalau ramai ya masih sekitar itu, tapi kalau sepi ya bisa turun juga," katanya.
Mengapa tarifnya masih tinggi. Ismantoro mengatakan, karena untuk menutupi biaya operasional saat bus saat kembali lagi ke pangakalannya. "Pas balik ke Kuningan lagi kan, penumpangnya kosong. Ya, jadi bisa menutupi untuk pembelian BBM (solar) dan lainnya," ujar dia.