REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang-orang cerdas dalam sejarah Islam memiliki alasan tersendiri untuk menjadi gila. Dalam buku terjemahan kitab Uqala al-Majanin karya Abu al-Qasim an-Naisaburi dijelaskan, di antara alasan orang menjadi gila adalah karena takut kepada Allah. Bagaimana bisa?
Seperti yang dikisahkan dalam buku ini, pada suatu malam, Abdul Azis Ibn Yahya an-Nakha’i pernah shalat di suatu masjid di masa pemerintahan Umar bin Khattab. Ketika itu, imam shalat membaca surat ar-Rahman ayat 55 yang artinya: “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.”
Tiba-tiba imam itu menghentikan shalatnya dan berubah menjadi gila. Kemudian, imam itu mengembara tanpa tujuan hingga tidak diketahui jejaknya.
Selain itu, dalam kitab ini juga diceritakan pula orang-orang berakal yang berpura-pura gila. Kegilaan semacam ini mempunyai banyak macam. Di antara mereka ada yang sengaja berpura-berpura gila untuk menutupi keadaannya di hadapan manusia.
“Kegilaan Bani Amir disebabkan oleh kecintaannya kepada Allah. Tapi dia menyembunyikan keadaan itu dengan menampakkan kegilaan,” kata seorang ulama yang bernama Abu al-Qasim.
Di antara mereka juga ada orang-orang yang berpura-pura gila untuk memperbaiki hidupnya, sehingga bisa mendapatkan ketenangan. Shalih ibn Ali an-Nashibaini bertanya kepada Zaid ibn Said al-Abadi, “Mengapa engkau menyamarkan kondisimu dan pakaianmu?".
Zaid ibn Said kemudian menjawab, “Aku melakukan banyak usaha, tapi aku mengalami kesulitan. Lantas aku pura-pura bodoh, ternyata, dengan begitu, aku dapat istirahat dengan tenang."
Sebagian orang juga ada yang berpura-pura bodoh untuk menyelamatkan diri dari cobaan dan ujian. Kisah-kisah orang-orang yang berpura-pura karena alasan ini dijelaskan cukup panjang dalam kitab ini, sehingga para pembaca bisa memahaminya secara jernih dan bisa mengambil hikmahnya.