REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sebanyak 76 pencatatan efek baru pada tahun depan. Pencatatan efek baru ini antara lain dalam bentuk saham maupun obligasi korporasi.
"Target tersebut dicapai melalui penyelenggaraan sosialisasi, workshop, dan one-on-one meeting kepada perusahaan potensial baik dari perusahaan swasta maupun anak usaha BUMN dan BUMD, serta pengembangan regulasi dan sistem yang mendukung kemudahan pencatatan efek bagi calon perusahaan tercatat," kata Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (24/10).
BEI selaku salah satu Self-Regulatory Organization (SRO) pasar modal terus berupaya untuk fokus dalam mengembangkan variasi layanan dan produk untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas perusahaan tercatat serta peran dan kapasitas anggota bursa dalam menyambut 2020.
Serangkaian inisiatif akan direalisasikan oleh BEI dengan mempertimbangkan beberapa asumsi indikator makroekonomi yang disampaikan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2020 yang telah disetujui oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Fokus BEI pada 2020 adalah pengembangan penyelenggara pasar alternatif dan pengembangan produk serta layanan kebursaan. Sebagai tahap awal, BEI akan berupaya pada pengembangan perdagangan obligasi yang dikembangkan melalui electronic trading platform (ETP) baru.
Fokus pengembangan produk meliputi optimalisasi produk derivatif (Waran Terstruktur, index futures, dan single stock futures) dan optimalisasi perdagangan exchange traded fund (ETF), serta pengembangan layanan kebursaan lainnya.
BEI mengasumsikan rata-rata nilai transaksi harian saham (RNTH) pada RKAT 2020 sebesar Rp 9,5 triliun atau meningkat dari asumsi RKAT 2019 - Revisi sebesar Rp 9,25 triliun.
Memperhatikan seluruh target dan rencana kegiatan BEI di tahun 2020, BEI memproyeksikan total pendapatan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 1,18 triliun atau meningkat 1,71 persen dibandingkan total pendapatan RKAT 2019 - Revisi senilai Rp 1,16 triliun.
Proyeksi atas biaya usaha BEI untuk 2020 adalah sebesar Rp 1,02 triliun sehingga laba sebelum pajak menjadi Rp 160,54 miliar. Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp 59,19 miliar maka perkiraan perolehan laba bersih BEI di 2020 adalah sebesar Rp 101,36 miliar.
Adapun, total Aset BEI pada 2020 diproyeksikan sebesar Rp 3 triliun atau naik 17,3 persen dari RKAT 2019-Revisi yang berjumlah Rp 2,56 triliun.
RUPSLB BEI hari ini dihadiri oleh 105 pemegang saham dari 105 anggota bursa aktif atau sebanyak 100 persen dari jumlah pemegang saham yang memiliki hak suara.