REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Dinas Kesehatan Kota Bekasi meyatakan, 66 orang pengidap HIV adalah LGBT. Angka tersebut diperoleh dari hasil pemeriksaan kesehatan kepada pengidap HIV 2019.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Dezi Syukrawati, mengatakan pihaknya tidak memiliki data jumlah LGBT yang ada di Kota Bekasi.
Dia hanya memiliki data terkait jumlah LGBT dari jumlah orang yang dilakukan pemeriksaan HIV. "Kalau dari total semua orang yang pernah diperiksa kesehatannya, 10 persennya adalah LGBT," kata Dezi saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (4/12).
Dia merinci, pemeriksaan itu dilakukan kepada semua orang yang berpotensi terkena HIV. "Ada juga pekerja seksnya, LGBT, sama ibu hamil juga, karena aturannya kan memang ibu hamil harus diperiksa," kata dia.
Dia melanjutkan, dari pemeriksaan 2019, Dinas Kesehatan Kota Bekasi mendapatkan 147 orang positif mengidap HIV. Dari jumlah tersebut, 45 persennya (66 orang) adalah LGBT. "Kalau tahun-tahun sebelumnya, kita belum kelompokkan. Baru mulai tahun 2019 ini," ujar Dezi.
Dalam kesempatan yang sama, dia juga menjelaskan, LGBT merupakan salah satu kelompok rentan terkena HIV/AIDS lantaran mereka melakukan hubungan seksual yang tidak semestinya. Kemudian, dia mengimbau agar seluruh masyarakat di Kota Bekasi kembali pada aturan dan fitrah sebagai manusia.
Selebihnya, dia juga mengimbau agar seluruh masyarakat dapat menghindari HIV. Lalu, kepada orang yang telah mengidap HIV agar rutin memeriksakan diri dan juga disiplin minum obat ARV (Antiretroviral).
"Kalau minum obatnya rutin nanti virusnya akan tidur atau tidak aktif. Kalau sudah gitu, mereka punya potensi buat punya anak tanpa HIV. Tapi kalau udah minum obat, kelakuan masih sama, ya nggak ada gunanya," kata dia.
Di sisi lain, Komisioner Bidang Kesehatan dan NAPZA Komisi Perlindungan Anak Daerah Kota Bekasi, Hadyan Rahmat, mengaku kesulitan dalam mendapatkan data terkait LGBT di kalangan anak.
Dia beralasan, penelusuran terkait orientasi seksual adalah hal privat yang biasanya disembunyikan. "Anak nggak akan mau mengungkapkan kalau mereka adalah penyuka sesama jenis, pasti malu sama lingkungan," kata Hadyan saat dihubungi Republika.co.id.
Sementara terkait dengan data LGBT yang dikeluarkan KPAD Kabupaten Bekasi, Hadyan berpandangan, masalah tersebut bukanlah ranah KPAD.
Dia menegaskan, KPAD hanya berwenang untuk menyelesaikan masalah LGBT pada anak, bukan secara keseluruhan. Sebelumnya, KPAD Kabupaten Bekasi menyatakan, setidaknya terdapat 4.000 orang LGBT di wilayahnya.
Dalam kesempatan tersebut, dia menceritakan, pihaknya telah menelusuri grup facebook tentang LGBT anak di Kota Bekasi. Hasilnya, KPAD Kota Bekasi menemukan, mayoritas pemilik akun tersebut adalah orang dewasa yang menjadikan foto anak sebagai profilnya.
Meskipun demikian, dia mengaku, terdapat predator seksual yang mengincar anak-anak. Predator tersebut pada dasarnya mengincar anak-anak lawan jenis. Akan tetapi, ketika predator tidak mendapatkan mangsa lawan jenis, mereka akan memangsa anak-anak seama jenis. "Kalau nggak dapet lawan jenis ya udah sesama jenis nggak papa, biasanya ada juga yang seperti itu," ujar Hadyan.
Pada akhirnya, dia mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap sekitar. Menurutnya, setiap anggota masyarakat bertugas untuk melindungi anggota masyarakat lain.
Selain itu, ia juga mengimbau agar setiap orang tua ikut mengawasi media sosial anak, lantaran hal itu menjadi sarana penyebaran isu-isu yang seringkali melenceng dari norma sosial. "Selebihnya ranah privat masing-masing, seperti agama dan norma-norma yang lain. Setiap agama kan punya aturan," kata dia.