REPUBLIKA.CO.ID, Biasanya tembok yang berada di jalan hanya berhiaskan gambar bebas yang berupa coretan-coretan maupun cat semprot dari oknum yang tidak bertanggungjawab. Namun, pemandangan berbeda terlihat di Jalan Pademangan 2, Gang 22, Jakarta Utara.
Beberapa lukisan mural edukatif hasil karya pemuda Pademangan Timur menghiasi tembok sepanjang 500 meter. Sambil berjalan menikmati keindahan lukisan, warga setempat juga dapat memanfaatkannya sebagai media belajar, khususnya anak-anak.
Karena terdapat lukisan rambu lalu lintas, huruf hijaiyah, hitungan matematika, planet tata surya, tokoh-tokoh pahlawan nasional, maupun pengetahuan tentang kebangsaan dan pengetahuan umum. Di dalam ruangan tempat Lurah Pademangan Timur, M Bambang Mulyanto bertugas juga berhiaskan mural yang berlukiskan rak buku dan kata-kata.
“Pertama-tama kita punya kegiatan di kantor yang dengan berdiskusi dengan pemuda terkait keinginannya seperti apa. Ternyata talentanya adalah menggambar atau seni. Kita upayakan pada saat itu, coba bisa nggak kita buktikan dengan menggambar ruangan saya dulu, berupa rak buku dan kata-kata positif,” tutur Bambang kepada Republika, Rabu (4/11).
Bambang mengatakan ia memfasilitasi para pemuda setempat untuk menyalurkan talentanya dengan berkolaborasi melukis mural yang bernilai edukatif dan kemudian mendapat respon positif dari masyarakat.
"Adanya masukan dari gubernur untuk memberikan mural yang rekreasi dan berpendidikan untuk masyarakat. Lalu dari situ kita adopsi dan implementasikan dengan berkolaborasi bersama Warga Pademangan," ujar dia.
Ia pun menambahkan warga juga turut berswadaya dengan membeli cat dan membantu proses pengerjaan. Sementara itu, proses pengerjaan dimulai pada 5 November yang dilakukan empat orang warga Pademangan yaitu Djulhaji, Ciming, M Syafei, dan Raytian.
Djulhaji menjelaskan, ia bersama rekan-rekannya merancang konsep gambar bagi anak-anak, sebagai sarana belajar. Dimana lokasi Jalan Pademangan 2, berada dekat dengan beberapa sekolah yang kerap dilintasi para pelajar.
Sebelum dilukis menggunakan kuas cat, ia bersama timnya menggambar sketsa atau pola terlebih dulu, untuk menghindari kesalahan. Kemudian ia memilih menggunakan cat tembok untuk melukis mural karena dinilai cocok.
“Kita memilih menggunakan cat tembok. Soalnya, ini kan ditembok. Jadi, hasilnya bagusan cat tembok. Selain lebih murah, juga dalam satu warna memiliki kapasitas yang besar dibandingkan cat minyak yang berisi sedikit hasilnya satu banding lima lah,” ujar Djulhaji saat diwawancarai dilokasi pada 4 Desember.
Ia juga mengaku adanya kepuasan tersendiri dimana karyanya bersama rekan-rekannya bisa dinikmati. “Rasanya ikut senang kalau banyak orang menikmati, syukur-syukur malah bisa bermanfaat bisa jadi amal jariyah juga,” kata Djulhaji.
Tanggapan positif terlontar dari warga setempat, ketika sedang melihat lukisan mural bersama anaknya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Salah satunya, Neneng menilai dengan adanya lukisan mural yang bernilai edukatif mampu memberikan dampak positif untuk media pembelajaran melalui visualisasi nyata, terutama anaknya yang masih kecil.
“Jadi bisa sambil belajar juga dan memang bagus juga jadi menarik orang untuk melihatnya,” kata Neneng.
Salah satu anak yang saat ini duduk di kelas 8 SD, Fayola Aulia Azizia merasa senang melihat mural-mural tersebut. “Pas lagi jalan seneng lihatnya bagus, terus ada banyak angka-angka sama huruf hijaiyah juga. Jadi enggak cuma di sekolah belajarnya,” ujar Fayola.