REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik di Kota Medan, Sumatra Utara menangani 30 kasus difteri pada anak sepanjang 2017 sampai 2019. Difteri merupakan infeksi bakteri yang menyerang selaput lendir dan tenggorokan serta mempengaruhi kulit penderitanya.
"Angka 30 ini dari tahun 2017 sampai 2019 khusus yang anak-anak saja," kata dokter spesialis anak sekaligus konsultan infeksi tropis RSUP Adam Malik, dr Ayodhia Pitaloka Pasaribu MKed(Ped) SpA PhD (CTM), di Medan, Jumat.
Menurut Ayodhia, ada satu pasien difteri yang meninggal dalam perawatan. Ia menyebut, korban difteri berusia lima tahun asal Kabupaten Simalungun itu tak selamat karena terlambat dibawa ke rumah sakit.
"Kalau pasiennya datang dengan cepat tentu bisa ditata laksana dengan bagus dan bisa pulang dengan sehat kembali," katanya, pasien yang meninggal berusia lima tahun asal Kabupaten Simalungun.
Ayodhia menjelaskan, difteri termasuk penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Ia menyebut, semestinya penyakit ini sudah tidak ada lagi.
"Kalau penyakitnya muncul, berarti cakupan imunisasi tidak terlalu baik, berarti akan ada kasus-kasus yang lain," katanya.
Untuk menangani kemunculan difteri, menurut Ayodhia, tidak bisa satu-dua tahun saja. Ia mencontohkan Rusia yang membutuhkan waktu 10 tahun untuk terbebas dari difteri.
"Indonesia butuh waktu yang cukup panjang," ujarnya.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae ini dapat menular melalui partikel di udara, benda pribadi, dan peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Kontak dengan luka yang terinfeksi kuman difteri atau kontak fisik yang melibatkan air liur dengan pengidap penyakit difteri juga bisa menjadi cara penularan.
Gejala difteri akan muncul dua sampai lima hari sejak seseorang terinfeksi kuman penyebab difteri. Tanda-tandanya bisa terlihat dari terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan. Anak yang terserang difteri akan demam dan menggigil.
Penderita difteri juga merasakan nyeri tenggorokan dan suara serak, sulit bernapas atau napas yang cepat, dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada leher. Selain itu, orang yang terinfeksi kuman difteri bisa mengalami lemas dan lelah.
Pileknya yang semula cair, tetapi dapat sampai bercampur darah. Penderita difteri juga mengalami batuk yang keras, gangguan penglihatan, dan tanda-tanda syok, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat, dan jantung berdebar cepat. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.