REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk memasok kebutuhan listrik ibu kota negara baru akan mulai dibangun pada 2022. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan total kapasitas PLTA tersebut 10 ribu MW.
Luhut juga menjelaskan PLTA yang akan dibangun sebanyak 10 pembangkit. Pembangkit ini akan dibangun oleh konsorsium Serawak Energi, Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), dan China.
"Kita akan mulai kontruksi 2-3 tahun ke depan. Hampir 11 ribu MW hydropower di kalimantan kita punya," ujar Luhut di Kantornya, Selasa (10/12).
Listrik dari pembangkit energi bersih tersebut akan memasok kawasan industri di Tayan yang isinya terdapat fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter). Tarif listrik dari PLTA tersebut lebih murah sehingga dapat menarik investasi.
"Yang berkembang kita punya 10 titik PLTA di Kalimantan kita mau bikin industri di sekitar Kaltara (Kalimantan Utara)," ujar Luhut.
Menurut Luhut, dengan energi murah daya tarik investasi di Indonesia tidak akan tersaingi negara lain. Pasalnya, 35 persen biaya operasional dari smelter berasal dari listrik.
"Kalau energinya murah kayak Indonesia, siapa yang mau lawan kita selama ini nggak tahu dibodoh-bodohi saja," ujar Luhut.