REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) telah menjalankan strategi dalam rangka mengantisipasi persoalan pasokan gas di industri pupuk dan petrokimia. Kepala Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana, mengatakan, strategi tersebut di antaranya melalui program revitalisasi pabrik tua hingga optimalisasi penggunaan gas untuk bahan baku.
Wijaya mengatakan, langkah tersebut sejauh ini cukup efektif dalam mengurangi konsumsi gas pabrik-pabrik pupuk milik anak perusahaannya. Selain menambah kapasitas, revitalisasi pabrik ini bertujuan juga untuk mengganti pabrik-pabrik tua yang sudah boros konsumsi bahan bakarnya dengan pabrik baru yang jauh lebih efisien.
"Contohnya, ada pabrik yang sudah tua dengan rata-rata konsumsi gas mencapai 40 MMBTU, kami ganti dengan pabrik baru yang konsumsi gas nya hanya 26 MMBTU, itu sudah penghematan yang cukup signifikan," kata Wijaya di Jakarta, Kamis (12/12).
Selain itu, lanjut Wijaya, Pupuk Indonesia juga dapat menghemat konsumsi gas melalui optimalisasi pemakaian gas yang difokusnya hanya sebagai bahan baku. Sebelumnya, gas tidak hanya untuk bahan baku produksi pupuk, tapi juga sebagai sumber energi utilitas pabrik seperti listrik, steamed, hingga uap.
"Kini utility-nya kita ganti dengan batu bara, sementara gas kami maksimalkan sebagai bahan baku," kata Wijaya menambahkan.