Jumat 03 Jan 2020 05:23 WIB

Perbanyak Hutan Kota Bantu Cegah Banjir Jakarta

Jakarta disarankan bangun hutan kota dengan water catchment.

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Indira Rezkisari
Pascabanjir di kawasan Cipinang Melayu, Jakarta Timur
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Pascabanjir di kawasan Cipinang Melayu, Jakarta Timur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — DKI Jakarta memerlukan lebih banyak taman dan hutan kota di sejumlah wilayah. Hal tersebut dinilai dapat mengatasi banjir dengan banyaknya daerah resapan air.

Hujan lebat mengguyur Jakarta sejak Selasa malam (31/12) mengakibatkan beberapa wilayah mengalami banjir. Intensitas hujan yang mengguyur Jakarta tiga hari ini cukup tinggi, di tambah kiriman air dari wilayah Bogor.

Baca Juga

Direktur Eksekutif Komunitas Pemuda Jakarta Peduli Lingkungan (KPJPL), Amri Zikri menanggapi musibah banjir tiap musim penghujan menjadi permasalahan. Menurutnya masalah tersebut harus bisa diatasi dengan memperbanyak hutan dan taman kota sebagai daerah serapan air.

“Hutan kota sendiri banyak manfaatnya, bukan hanya sekedar untuk pencegahan terhadap banjir. Membuka hutan kota bisa dijadikan tempat kepentingan konservasi hayati dan juga bisa mengurangi polusi udara di Jakarta,” ucapnya di Jakarta, Kamis (2/1).

Di samping itu, terdapat salah satu konsep yang tepat untuk mengurangi banjir. Konsep itu adalah penataan hutan kota dengan konsep water catchment area, dengan membuat level permukaan tanah Ruang Terbuka Hijau (RTH) hutan kota lebih rendah (20 hingga 30 sentimeter) dari lingkungan sekitar.

Dengan posisi RTH yang lebih rendah, konsep penataan tersebut dapat membantu mengurangi potensi air menggenang di permukiman dan jalan. Sehingga volume air dapat ditampung sementara dengan jumlah yang cukup besar.

“Sebagai ilustrasi untuk luasan RTH hutan kota minimal 2.500 meter persegi dengan kedalaman 20 sentimeter dapat menampung 500 meter kubik air,” kata Amri.

Lebih lanjut, konsep water catchment merupakan konsep dengan tujuan mengatasi banjir dengan pengangulangan air hujan di daerah perkotaan. Sehingga di wilayah perkotaan tetap memiliki daerah penyerapan air yang baik.

“Sebenarnya kalau seluruh permukaan tanah di DKI itu berupa tanah terbuka, tidak akan ada genangan. Jakarta sendiri hanya memiliki lebih kurang 20 persen lahan terbuka selebihnya sudah menjadi lahan tertutup,” ujar Amri.

Hutan kota juga bisa di bentuk menjadi hutan kota aktif, yang bisa di manfaatkan sarana dan prasarananya. Dengan begitu hutan kota juga bisa menjadi sangat bermanfaat, bukan hanya untuk lingkungan tapi bisa digunakan langsung oleh masyarakat.

Amri mengatakan, Pemerintah DKI Jakarta dalam hal ini Bapak Gubernur Anies harus bisa menghadirkan lebih banyak lagi hutan kota di Jakarta. Hal tersebut untuk melakukan keseimbangan lingkungan dan untuk mengatasi permasalahan banjir serta polusi udara.

“Karena sedikit sekali adanya ruang terbuka sebagai tempat penyerapan air. Dinas Kehutanan DKI Jakarta dalam hal ini harus lebih gencar menghadirkan RTH,” tambahnya.

Banjir melanda hampir 41 titik di wilayah di DKI Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat di Jakarta Barat terdapat tujuh titik banjir, sedangkan Jakarta Pusat terdapat satu titik banjir.

Kemudian untuk wilayah Jakarta Selatan terdapat 22 titik banjir, Jakarta Utara terdapat dua titik banjir, dan di Jakarta Timur terdapat 11 Titik Banjir.

Informasi yang diketahui, rata-rata air menggenang hingga sepinggang orang dewasa atau sekitar satu meter. Kawasan-kawasan yang terkena banjir ini memang sudah menjadi langganan banjir, saat memasuki musim hujan tiba.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement