Jumat 10 Jan 2020 09:13 WIB

China akan Teken Kesepakatan Perdagangan di Washington

Washington menunda kenaikan tarif perdagangan tambahan terhadap produk China

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Perang dagang AS dengan Cina
Foto: republika
Perang dagang AS dengan Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pemimpin China akan mengunjungi Washington pekan depan untuk penandatanganan kesepakatan perdagangan sementara, kata Kementerian Perdagangan China. Wakil Perdana Menteri Liu He, kepala utusan Beijing dalam pembicaraan dengan Washington selama perang tarif mereka, telah diharapkan untuk menghadiri penandatanganan, tetapi pernyataan Kementerian Perdagangan adalah konfirmasi resmi pertama.

Washington menunda kenaikan tarif yang direncanakan menyusul pengumuman “Tahap 1” kesepakatan pada bulan Oktober.  Tapi pajak sebelumnya yang dikenakan oleh kedua belah pihak pada miliaran dolar barang masing-masing, telah mengurangi perdagangan global dan mengancam rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga

Liu akan memimpin delegasi ke Washington dari Senin hingga Rabu, kata juru bicara kementerian Gao Feng, dilansir di AP News, Jumat (10/1).

Di bawah kesepakatan "Tahap 1", Beijing setuju untuk membeli lebih banyak barang pertanian Amerika dan kepala negosiator Washington, Robert Lighthizer, mengatakan akan melakukan perubahan untuk menanggapi keluhan tentang kebijakan industrinya.

Rincian belum diumumkan dan pejabat China belum mengkonfirmasi perubahan peraturan atau ukuran pembelian kedelai Amerika dan ekspor lainnya.

Kedua belah pihak telah menenangkan kegelisahan pasar keuangan dengan mengumumkan langkah-langkah perdamaian termasuk menunda kenaikan tarif yang direncanakan.  Beijing juga telah kembali membeli kedelai, ekspor Amerika terbesar ke China, dan babi.

Washington, Eropa, Jepang dan mitra dagang lain mengeluh bahwa Beijing mencuri atau menekan perusahaan asing untuk menyerahkan teknologi. Washington menekan China untuk menunda rencana negara itu dalam robotika dan industri lainnya dengan mengatakan itu melanggar komitmen pasar-pembukaannya.

Presiden AS Donald Trump mengumumkan bulan lalu ia akan menandatangani perjanjian “Tahap 1” pada 15 Januari dan perjalanan ke Beijing setelah itu untuk memulai tahap kedua dari pembicaraan.

Trump memuji perjanjian sementara sebagai langkah untuk mengakhiri perang tarif, tetapi Beijing lebih terukur dalam pernyataan publiknya.

Para ekonom mengatakan menyimpulkan penyelesaian akhir bisa membutuhkan waktu tahunan.  Rintangan potensial termasuk desakan China bahwa kenaikan tarif AS dibatalkan setelah kesepakatan berlaku. 

Pemerintahan Trump mengatakan beberapa kesepakatanbharus tetap di tempat untuk memastikan Beijing melaksanakan janji yang dibuatnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement