Selasa 21 Jan 2020 01:23 WIB

Shinzo Abe Sebut Korsel Negara Tetangga Paling Penting

Hubungan antara Jepang dan Korsel merosot ke level terendah dalam beberapa dasawarsa.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in (kiri) bersalaman dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Chengdu, China, Selasa (24/12).
Foto: Lee Jin-wook/Yonhap via AP
Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in (kiri) bersalaman dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Chengdu, China, Selasa (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO—Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan Korea Selatan (Korsel) adalah negara tetangga paling penting dan keduanya berbagi nilai-nilai dasar pada Senin (20/1). Komentar itu muncul setelah Presiden Korsel Moon Jae-in mengusulkan kedua negara bekerja sama untuk menyelesaikan masalah pekerja paksa di masa perang dan menyebut Jepang sebagai tetangga terdekat mereka pada pekan lalu.

Ini juga diikuti beberapa langkah perbaikan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pembalikan keputusan Seoul untuk mebatalkan pakta berbagi intelijen dengan Jepang dan pelonggaran sebagian pembatasan oleh Tokyo terkait ekspor bahan-bahan berteknologi tinggi ke Korsel.

Baca Juga

“Di bawah lingkungan keamanan yang semakin parah di Asia Timur Laut, diplomasi dengan negara-negara tetangga sangat penting,” kata Abe pada parlemen dalam pidato kebijakannya, seperti yang dilansir dari Reuters, Senin (20/1).

“Pada dasarnya, Korsel adalah tetangga paling penting di mana Jepang berbagi nilai-nilai dasar dan kepentingan strategis,” ujarnya lagi.

Para pejabat dari kedua belah pihak mengungkapkan Abe dan Moon bertemu di Cina pada Desember dan menekankan perlunya meningkatkan hubungan antar negara.

Moon juga mengatakan pada konferensi pers pekan lalu, bahwa Korsel akan secara aktif bekerja sama untuk keberhasilan Olimpiade tahun ini di Jepang. Ia berharap acara olahraga itu akan memberikan kesempatan yang baik untuk memperbaiki hubungan secara fundamental.

Hubungan antara Jepang dan Korsel merosot ke level terendah dalam beberapa dasawarsa setelah pengadilan tinggi Korsel memerintahkan perusahaan-perusahaan Jepang pada 2018, untuk memberi kompensasi pada beberapa pekerja paksa di masa perang.

Jepang mengatakan, masalah itu diselesaikan dengan perjanjian 1965 yang menormalkan hubungan bilateral setelah Jepang menduduki semenanjung Korea pada 1910-1945.

“Saya dengan tulus berharap Korea Selatan menghormati komitmen antara kedua negara dan bekerja untuk membangun hubungan yang berorientasi masa depan,” kata Abe dalam pidatonya menegaskan kembali bahwa tanggung jawabnya adalah pada Seoul untuk meletakkan kembali ikatan secara seimbang.

Wakil Presiden Institut Pascasarjana Nasional Studi Kebijakan Jepang, Narushige Michishita, mengatakan dengan mengadopsi nada yang lebih hangat terhadap negara tetangga sambil menegaskan keputusan ada di pengadilan Seoul, pesan Abe dimaksudkan mendorong Korsel mengambil langkah-langkah baru untuk menyelesaikan masalah ini.

“Jika Korea Selatan menyadari Jepang bertekad mempertahankan sikap tegas, itu akan memberi mereka insentif untuk bekerja keras dan memutuskan apa yang harus mereka lakukan sekarang,” ujar Michishita.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement