Kamis 13 Feb 2020 10:27 WIB

168 Ternak di Gunung Kidul Mati karena Keracunan dan Antraks

Pemda mengapresiasi petani yang langsung mengubur hewan sakit alih-alih menjualnya

Vaksinasi Pencegahan Antraks. Petugas Dinas Pertanian dan Pangan memvaksin hewan ternak warga di Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (22/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Vaksinasi Pencegahan Antraks. Petugas Dinas Pertanian dan Pangan memvaksin hewan ternak warga di Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat ada 168 hewan ternak mati karena keracunan pakan dan penyakit antraks. Jumlah hewan yang mati tercatat dari Desember 2019 hingga Selasa (11/2).

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Kamis, mengatakan adapun rincian hewan ternak yang mati, yakni 116 ekor sapi dan kambing 52 ekor.

"Jumlah hewan ternak yang positif antraks yakni tiga ekor sapi dan tiga ekor kambing yang terjadi di Desa Gombang (Kecamatan Ponjong), dan Desa Pucanganom (Kecamatan Semanu), sisanya keracunan pakan ternak dan diare," kata Bambang.

Menurut dia, angka kematian hewan ternak ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan populasi hewan ternak yang mecapai ratusan ribu ekor. Adapun populasi hewan ternak di Gunung Kidul, yakni sapi sebanyak 153.363 ekor, kambing sebanyak 888.160 ekor, kambing PE 864 ekor dan domba sebanyak 11.002 ekor.

"Angka kematian hewan ternak masih kecil. Namun demikian, adanya hewan ternak yang positif antraks, menjadi kewaspadaan bagi kami," katanya.

Bambang juga sangat mengapresiasi masyarakat, khususnya peternak yang langsung tanggap dalam bertindak dalam mensikapi antraks. Masyarakat proaktif melapor ke puskeswan terdekat atau dinas. Sehingga, hewan mati langsung dapat ditangani untuk dikubur. Selama ini, masyarakat menyembelih hewan yang sudah sekarat, lalu dijual ke masyarakat dengan harga murah.

"Saat ini, kami intensif melakukan sosialisasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pakan ternak sehingga keracunan dari pakan bisa diminimalkan,” kata Bambang.

Terkait kelanjutan penanganan antraks, Bambang mengatakan hingga kini pihaknya terus melakukan pemantauan kepada lokasi terdampak maupun wilayah di sekitarnya sehingga antraks tidak menyebar.

"Petugas masih melakukan pemantauan secara berkala dan memberikan vaksin terhadap hewan ternak di wilayah yang ada kasus sapi positif antraks," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan hewan dan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Retno Widiastuti mengatakan, pihaknya sudah memberikan antibiotik sebanyak 8990 ekor hewan ternak. Untuk vaksinasi sebanyak 1.451 ekor sapi dan kambing 3.331 ekor.

Selanjutnya, untuk lokasi tanah yang positif antraks akan dilakukan pengguyuran formalin lalu dilakukan betonisasi di lokasi.

"Nantinya 20 hari setelah dilakukan vaksinasi, jika tidak ada kematian lagi seluruh hewan ternak di lokasi terjangkit antraks diperbolehkan keluar,” kata Retno.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement