REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta saat ini sudah memiliki robot canggih Dok-Ing MVF-5 U3 untuk pemadam kebakaran dan penyelamatan. Robot pemadam kebakaran ini dikendalikan melalui remote jarak jauh.
Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Satriadi Gunawan mengatakan, sistem robotik multiguna berbasis remote untuk tanggap darurat. Robotik multiguna ini didatangkan langsung dari negara pembuatnya, Kroasia.
DKI Jakarta merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki unit Dok-Ink MVF-5 U3 ini. Demonstrasi kerja robotik Dok-Ink MVF-5 U3 ini dipertunjukkan di Kantor Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (13/2).
Satriadi menjelaskan, robotik pengurai material kebakaran ini dilengkapi dengan tangki air 2.500 liter, 500 liter busa, dan pemancar air (nozzle). Robot ini dilengkapi pompa yang mampu menekan air di atas 15 bar sehingga sangat efektif dalam operasi pemadaman.
"Dok-Ink MVF-5 U3mampu menyemprotkan air murni sejauh 55 meter. Jika dengan busa, sejauh 45 meter," tutur Satriadi.
Satriadi menjelaskan, robotik dikendalikan dengan sistem remote control dengan radius 500 meter. Sehingga, apabila kebakaran yang mengandung bahan-bahan berbahaya atau kimia dan beracun, termasuk asap pekat cukup mengendalikan robot dari ruang kendali.
Dalam demontrasi, ditunjukkan cara kerja robot Dok-Ing MVF-5 U3, yaitu dengan membuka dan mendorong tumpukan material atau bahan-bahan yang bertumpuk sekaligus menyemprotkan air ke titik api yang tertutup. Robot ini juga tahan ledakan saat pemadaman kebakaran dan fungsi-fungsi pada unit tersebut tidak terganggu. Sehingga, proses pemadaman dan overhoul tidak terlalu lama.
Unit ini, sambung dia, juga dilengkapi alat pencapit (gripper) dan alat penarik beban (seling). Sehingga jika di lokasi kebakaran ada kendaraan atau benda berat sampai dengan delapan ton yang menghalangi atau perlu dievakuasi dapat ditarik dengan seling untuk dikeluarkan dari lokasi kebakaran atau diletakkan ke tempat yang lebih aman.
Kendati masih diuji coba, Satriadi mengatakan, alat tersebut sudah siap dioperasikan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan kejadian kebakaran di fasilitas LRT dan MRT. Untuk keunggulannya, kata Satriadi, alat yang berjenis pengurai tersebut dioperasikan oleh personel dari jarak jauh dengan dilengkapi alat pengukur suhu panas.
"Ini kan antisipasi untuk MRT. Kan enggak mungkin mobil kami masuk ke dalam terowongan kan. Kalau itu bisa masuk terowongan, bisa dioperasikan dari jarak jauh untuk safety anggota," kata Satriadi.
Kepala Sudin Gulkarmat Jakarta Timur Muchtar Zakaria mengatakan, setelah dilakukan uji coba, ke depan, robot pemadam ini akan disiagakan untuk membantu petugas dalam melakukan pemadaman api maupun mengurai material kebakaran. Ia menyebut, robot ini juga mampu mendorong benda berkekuatan delapan ton, mampu menarik benda seberat enam ton, mampu mengangkat benda seberat 2,5 ton, serta tahan api dan ledakan.
"Robot ini juga mampu menampung air sebanyak 500 liter dan busa 400 liter dengan jangkauan semprot airnya mencapai 55 meter dan semprot busa sejauh 40 meter," kata Muchtar.
Kelanjutan MRT
Konstruksi proyek MRT Jakarta Fase II paket pertama dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga Harmoni (CP201) akan diteken pada Senin (17/2) mendatang antara PT MRT Jakarta dengan pemenang lelang, yakni konsorsium perusahaan patungan Shimitsu Kobayashi dan PT Adhi Karya (Persero). Penandatanganan itu akan dilakukan di Stasiun Bundaran HI.
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar mengatakan, nilai kontrak untuk paket pertama tersebut, yakni Rp 4 triliun untuk kebutuhan konstruksi dari Bundaran HI hingga Harmoni. William mengatakan, konstruksi paket pertama CP 201 ini akan dimulai pada Maret 2020.
Secara keseluruhan, terdapat 10 stasiun di lintasan MRT Fase II, mulai dari Stasiun Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Mangga Dua, dan Ancol yang juga akan dibangun depo. Pembangunan proyek MRT Fase II ini memakan biaya dua kali lipat dari Fase I, yakni Rp 22,5 triliun karena seluruhnya akan dibangun di bawah tanah (underground).
Selain, itu juga akan dibangun melintasi situs bersejarah (heritage) dan akan menembus di bawah sungai mencapai 30 meter dari permukaan tanah. Sekaligus juga akan dibangun kawasan berorientasi transit (TOD) berbarengan dengan pembangunan konstruksi MRT Fase II.
"Kesiapannya memakan waktu karena proses desain tidak mudah, banyak jalur penting ada Monas dan Istana Kepresidenan, masuk ke Ciliwung, secara konstruksi ini menantang bangunan seluruhnya di bawah tanah, bahkan di bawah sungai," kata William.