REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Musim kemarau yang terjadi di Maluku termasuk wilayah Kota Tual dan sekitarnya menjadi berkah tersendiri. Salah satunya dirasakan oleh para pengemudi mobil-mobil tangki air dengan ukuran sekitar 1.500 liter.
"Dalam sehari, saya bisa melayani tiga konsumen yang memesan air bersih dan terkadang bisa lebih dengan pendapatan antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta," kata seorang pengemudi mobil tangki, Alwi.
Sulitnya mendapatkkan air bersih di wilayah itu membuat banyak warga pemilik mobil-mobil jenis L-300 memodifikasikan kendaraannya menjadi mobil tangki air. Bak mobil pada bagian samping kiri, kanan, dan belakang dilepas kemudian dipasang tangki alumanium di atasnya lalu dilengkapi dengan sebuah mesin alkon serta selang untuk mengambil dan menyalurkan air ke konsumen.
"Harga satu tangki air hanya Rp 50.000 dan saya mengambil air di sumbernya seharga Rp 10.000 yang dibayarkan kepada pemerintah desa pemilik petuanan sumber air," jelas Awi.
Sehari-hari, dia menjual air bersih di kawasan Desa Watran, Ohoitel, hingga Ohoitahid, serta beberapa desa sekitar di wilayah Puau Dullah Utara (Kota Tual). Sumber airnya yang telah dibangun sebuah bak penampung berukuran besar ada di kawasan Desa Fidetan dan lokasinya berdekatan dengan desa sekitar.
Salah satu warga Ohitel, Selfi Jamlay mengatakan, untuk mendapatkan air bersih maka dia bersama warga sekitar sering membeli air dengan cara memesan mobil-mobil tangki. "Profil tank saya berukuran 1.200 liter, jadi kalau satu mobil tangki air bisa mengisihnya penuh lalu ditambah beberapa drum kecil menampung air minum." jelas Jamlay.
Dia mengaku menggali sumur di samping rumahnya dengan kedalaman lima meter dan mendapatkan sumber air. Namun, air tersebut terasa asin karena lokasi desa di bibir pantai yang jaraknya tidak lebih dari 50 meter.
Kontur tanah di desa-desa sekitar Dullah Utara adalah berbatu karang sehingga air laut merembes jauh ke dalam. Alhasil, air yang didapatkan saat menggali sumur juga terasa asin.