Ahad 22 Mar 2020 09:56 WIB

Dokter Italia Meninggal Tangani Corona Tanpa Sarung Tangan

Minimnya pelindung untuk dokter seperti pasukan yang dikirim berperang tanpa senjata.

Rep: Puti Almas/ Red: Muhammad Fakhruddin
Virus corona (ilustrasi).(www.freepik.com)
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi).(www.freepik.com)

REPUBLIKA.CO.ID,ROMA — Marcello Natali, seorang dokter asal Italia dikenal oleh publik setelah muncul dalam sebuah wawancara di stasiun televisi. Saat itu, ia menunjukkan betapa mengerikannya situasi di negaranya, di mana wabah virus Corona jenis baru (Covid-19) terjadi dengan jumlah kasus yang terus meningkat dari hari ke hari. 

Natali mengungkapkan betapa mengerikannya bekerja sebagai tenaga medis yang berada di garis terdepan dalam situasi menghadapi pandemi. Saat tampil di televisi, satu hari sebelum melakukan tes Covid-19, ia menunjukkan sebotol pembersih tangan dan masker wajah. Namun, tidak ada sarung tangan yang dikenakannya. 

“Mereka sudah kehabisan. Tentu saja, kami tidak siap menghadapi situasi ini,” ujar Natali kepada Euronews pada akhir bulan lalu, dilansir Washington Post, Ahad (22/3).

Natali pun menutup ceritanya dengan duka. Ia meninggal pada Rabu (18/3) lalu, setelah berjuang melawan pneumonia ganda yang terjadi akibat memburuknya infeksi virus Corona jenis baru yang dideritanya. 

Federasi Dokter Italia mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa Natali telah meninggal di usia 57 tahun. Ia merupakan putra dari seorang dokter dan bekerja di Codogno, wilayah virus Corona jenis baru pertama kali ditemukan di Italia. 

Sejak wabah Covid-19 terjadi di Codogno, Natali berada di garis terdepan bersama tenaga medis lainnya merawat puluhan pasien. Ayah dari dua anak ini menjabat sebagai sekretaris federasi dokter umum di Lodi, di mana ia juga membimbing dokter-dokter lainnya. 

Natali meninggal setelah menjalani perawatan intensif dan diisolasi di rumah sakit. Ia menjadi satu di antara 13 dokter di Italia yang telah meninggal saat merawat pasien Covid-19. 

Italia menjadi negara kedua dengan jumlah kasus Covid-19 terbesar di dunia, sekaligus negara di Eropa yang paling terdampak dengan wabah. Lebih dari 2.600 pekerja layanan kesehatan yang dilaporkan terinfeksi, serta rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang tidak dapat bekerja secara maksimal karena melebihi batas kemampuan mereka. 

Rekan dari Natali, Irven Mussi mengatakan kurangnya perlengkapan pelindung bagi dokter dan tenaga medis lainnya seperti pasukan yang dikirim untuk berperang tanpa senjata. Kemudian rekan lainnya, Paola Pedrini mengatakan bahwa situasi tak juga membaik sejak akhir Februari, di mana hanya ada sedikit masker dan sarung tangan tersedia bagi mereka. 

Di Amerika Serikat (AS), banyak dokter yang juga khawatir dengan kurangnya pasokan peralatan medis. Apa yang terjadi pada Natali bisa menjadi pertanda buruk untuk ke depannya. Kekurangan masker wajah, sarung tangan, dan perlengkapan dasar pelindung lainnya untuk tenaga medis menjadi hal yang sangat berbahaya. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) bahkan mendesak dokter dan tenaga medis lainnya untuk menggunakan bandana jika kehabisan masker dan perlengkapan pelindung lainnya. Banyak rumah sakit dan klinik perawatan kesehatan telah meminta sumbangan topeng, bahkan perusahaan produksi film tentang rumah sakit telah melangkah untuk membantu menyumbangkan milik mereka.

Beberapa rumah sakit bahkan dilaporkan membuat perlengkapan pelindung sendiri, dengan menggunakan bahan-bahan yang dibeli dari toko kerajinan dan alat-alat rumah tangga lainnya. Perawat di Boston mengatakan mereka telah beralih ke kacamata racquetball sebagai pengganti kacamata pengaman untuk melindungi mata.

Nicole Lurie, mantan asisten sekretaris untuk kesiapsiagaan dan tanggapan di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS mengatakan bahwa opsi bandana dari CDC sebagai pengganti masker harus dijadikan sebagai "panggilan untuk bangkit". Ia mengatakan bahwa jika para tenaga medis sakit, maka seluruh sistem akan mati.

“Intinya adalah, jika Anda tidak dapat melindungi pekerja layanan kesehatan dan mereka sakit, seluruh sistem akan mati. Prioritas untuk menjaga kesehatan masyarakat adalah untuk melindungi tenaga medis,” jelas Lurie.

Wakil Presiden AS Mike Pence beberapa waktu lalu mengumumkan bahwa undang-undang baru akan memungkinkan produsen untuk memproduksi puluhan juta lebih masker pelindung N95 per bulan, mengurangi batasan tertentu. Tetapi, belum segera jelas apakah kenaikan produksi yang diharapkan akan cukup untuk memenuhi permintaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement