Selasa 24 Mar 2020 00:09 WIB

Belajar dari Semut untuk Menghindari Penularan Penyakit

Semut bahkan bisa berkorban untuk mati sendirian.

Rep: Puti Almas / Red: Agus Yulianto
Kehidupan sosial semut (ilustrasi)
Foto: semutapi-fireants.blogspot.com
Kehidupan sosial semut (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Apakah pernah berharap bahwa teman maupun rekan kerja Anda menyadari untuk menjauh saat mereka sedang batuk dan bersih? Tidak banyak yang memahami betapa pentingnya hal ini, karena menganggap bahwa gejala-gejala tersebut hanya tanda dari sebuah penyakit yang ringan dan umum terjadi.

Dilansir New Scientist, ada kelompok hewan yang justru memahami pentingnya menjaga jarak atau menghindar sementara saat mengalami gejala-gejala penyakit atau kondisi tubuh sedang tidak sehat. Hewan itu adalah semut, yang tampak mengerti bahwa mereka perlu mengurangi kontak dengan sesama saat sedang sakit, khususnya dengan semut pekerja yang berada di dalam sarang. 

Nathalie Stroeymeyt di Universitas Lausanne, Swiss, dan rekannya mempelajari koloni semut Lasius niger menggunakan sistem pelacakan semut otomatis. Pekerja di koloni semut itu terbagi dengan dua tugas utama, yakni menjadi perawat, yang bekerja di dalam sarang merawat induk dan pengumpul yang mengumpulkan makanan di luar sarang. 

Pengumpul kemungkinan besar terjangkit infeksi karena sering berada di luar. Namun, kelompok semut ini biasanya kurang berinteraksi dengan semut lain dan jarang bersentuhan dengan mereka yang ada di dalam sarang. 

Para peneliti juga mengekspos beberapa pengumpul spora dari jamur Metarhizium Brunneum. Spora menempel pada kutikula semut dan setelah satu atau dua hari, jamur masuk ke dalam semut dan membunuhnya. 

Dalam satu hari setelah terpapar patogen penyakit, sebelum semut jatuh sakit, pemisahan antara kelompok kerja diperkuat. Para pengumpul yang terbuka mengubah perilaku mereka, yaitu dengan menghabiskan lebih banyak waktu di luar sarang dan mengurangi kontak dengan pekerja lain. 

Selanjutnya, para pengumpul yang tidak terpapar patogen juga mengambil langkah-langkah untuk mengisolasi diri mereka sendiri. Sementara itu, para perawat memindahkan induk untuk berada di bagian lebih dalam sarang. 

Hingga saat ini belum jelas bagaimana semut bisa mengenali infeksi yang terjadi dalam tubuh mereka. Namun, hewan ini kemungkinan dapat mendeteksi spora pada semut lain dan juga pada tubuh mereka sendiri. Simulasi menunjukkan bahwa perubahan perilaku yang diterapkan mengurangi penyebaran infeksi dan melindungi pekerja yang sehar dan induk dari penyakit. 

Perilaku dan respons para semut kemungkinan juga diterapkan oleh serangga lainnya dalam kehidupan sosial mereka. Seperti diketahui, induk atau ratu bagi hewan jenis ini sangatlah penting karena berperan dalam reproduksi. Dengan demikian, evolusi mendukung perilaku individu yang menguntungkan seluruh koloni. 

“Saya pikir kita bisa belajar dari semut tentang cara mengurangi penularan penyakit pada skala populasi,” kata Stroeymeyt. 

Meski demikian, Stroeymeyt mengakui, hal ini tidak dapat selalu diharapkan pada manusia yang sedang sakit. Seperti diketahui, tidak hanya menjauh dalam kondisi seperti, semut bahkan bisa berkorban untuk mati sendirian. 

“Kita  tidak bisa benar-benar meminta orang sakit untuk mengorbankan diri mereka sendiri dengan mati sendirian seperti yang dilakukan semut,” kata Stroeymeyt.

sumber : newscientist
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement