REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang Muslim sudah seharusnya menjaga ketaatan dirinya kepada Allah SWT. Lalu bagaimana meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT? Tujuan dari kredo Islam adalah menjaga hubungan ini semurni mungkin yang ditunjukkan dalam niat dan perbuatan. Sebagaimana dilansir dari laman About Islam, ada empat cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan rasa kecintaan Muslim kepada Tuhannya.
Rasa cinta dan takut
Kekuatan hubungan ini didasarkan pada dua faktor: cinta dan ketakutan. Cinta yang dimiliki seseorang kepada Sang Pencipta yang membuat seseorang ingin menaati kewajiban seperti berdoa atau berpuasa. Ini adalah cinta untuk Sang Pencipta yang akan membuat seseorang ingin menjadi dekat dengan segala sesuatu yang dikaitkan dengan Pencipta ini atau setiap tindakan yang akan membawanya lebih dekat ke Tuhan.
Pada saat yang sama, ketakutan akan ketidakpuasan Sang Pencipta akan menjauhkan seseorang dari apa yang dilarang atau tindakan apa pun yang menjadi larangan-Nya. Untuk memiliki hubungan terbaik dengan Tuhan, seseorang harus memiliki cinta dan ketakutan dan kedua emosi harus seimbang dengan yang lain.
Beberapa kalangan mengatakan di masa kemakmuran dan kesejahteraan, ketakutan seseorang harus lebih kuat. Juga, di saat-saat kesulitan dan kesusahan, cinta seseorang harus lebih kuat daripada rasa takut seseorang untuk mencegah jatuh ke dalam pesimisme dan keputusasaan.
Membaca Alquran
Beberapa saudara dan saudari kita beralih ke Alquran ketika membutuhkan lebih banyak inspirasi agar mendapatkan petunjuk Allah SWT. Ini keputusan yang baik yang hanya bisa kita setujui dan yang hanya bisa kita stimulasi.
Namun, cara pendekatan yang digunakan seseorang untuk membaca Alquran dapat berbeda dari orang ke orang dan sangat mempengaruhi dampaknya. Dalam banyak kasus, orang berusaha membaca Alquran sebanyak mungkin sesuai jadwal mereka. Dan mereka dapat merujuk pada kehidupan para sahabat, yang biasa membaca seluruh Alquran hanya dalam hitungan hari.
Namun, seperti halnya semua hubungan, kualitaslah yang penting, bukan kuantitas. Jika seseorang membaca Alquran sebanyak yang dia bisa, namun apa yang dibaca tidak mengarah pada refleksi diri atau kontemplasi, maka dia kehilangan tujuan dari Alquran.
Kita harus merujuk pada kehidupan para sahabat. Ketika mereka akan membaca Alquran, mereka tidak hanya akan membaca ayat (keras-keras) tetapi juga akan secara langsung berupaya mempraktikkan bimbingan dari ayat atau ayat-ayat ini. Ketika ini pola pikirnya, Alquran bukan lagi sebuah buku yang dapat dibaca seperti buku lainnya, tetapi menjadi dasar dari tindakan dan perbuatan seseorang.