REPUBLIKA.CO.ID, Seorang lelaki dari ujung kota datang. Langkahnya bergegas. Dia berangkat untuk mengingatkan kaumnya tentang tiga utusan Tuhan yang didustakan mereka. Imam Ibnu Katsir menukil dari Ibnu Ishaq menyebutkan, mereka bernama Shadiq, Shaduq, dan Syallom. Dalam riwayat lain disebutkan utusan itu bernama Sam'un, Yohana, dan Bolus (Pau lus). Mereka mendatangi seorang raja di negeri bernama Intakiyah.
Pakar hadis almarhum KH Ali Mustafa Yaqub pernah menjelaskan ayat yang te rangkai dalam QS Yasin ayat 13-32 mereka memperkenalkan diri kepada warga negeri Anthakiyah. Mereka merupakan para dai yang diutus Nabi Isa al-Masih AS untuk berdakwah kepada warga Anthakiyah agar menyembah Allah dan tidak menyekutukannya. Warga Anthakiyah saat itu dipimpin seorang raja bernama Antikhos yang menyembah patung. Alih-alih menyambut datangnya seruan dakwah, mereka justru mengancam para utusan Allah itu.
"Mereka menjawab: Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, se sungguhnya kamu jika tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti berkata: Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas." (QS Yasin: 18-19 ).
Dalam kondisi itulah lelaki dari ujung kota tersebut datang. Beberapa riwayat mengatakan dialah Habib al-Najjar. Masih mengutip Ibnu Ishaq, Imam Ibnu Katsir mengatakan, Habib adalah seorang tukang tenun yang sakit-sakitan Dia menderita lepra. Namun, dia juga seorang yang dermawan. Separuh dari hasil kerjanya selalu disedekahkan. Habib pun disebut menderita pikiran lurus. Sementara itu, Qatadah mengatakan, Habib adalah seorang ahli ibadah yang menghabiskan usianya untuk beribadah di salah satu gua di pinggiran negeri Anthakiyah.
Menurut KH Ali Mustafa Yaqub, Habib berusaha menolong para dai dari ancaman penyiksaan dan pembunuhan. Dia menasihati kaumnya agar mengikuti ajakan (dak wah) para dai. Lantas, Habib mengatakan, ikutilah orang-orang yang dalam berdakwah tidak meminta imbalan karena mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT (QS Yasin: 21).
Dalam tafsir Al-Misbah, Prof Quraish Shihab menjelaskan, penduduk negeri itu sa ngat geram mendengar nasihat Habib. Mereka pun melemparnya dengan batu hingga gugur sebagai syahid. Ketika itu, datanglah malaikat menyambut ruhnya sambil ber kata, "Masuklah ke surga." Menjawab sambutan malaikat, Habib lantas menga takan, "… alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhan ku mengampuni aku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan."
Selain mengandung nilai sejarah, ada banyak hikmah yang bisa kita petik dari kisah Alquran di atas. Diantaranya persiapan mental dalam menjawab tantangan dalam berdakwah. Para nabi atau dalam beberapa riwayat disebutkan utusan Nabi Isa itu menghadapi kaumnya yang menyembah berhala untuk beralih menyembah Allah SWT. Saat kaumnya meragukan me reka merupakan utusan Allah, mereka de ngan percaya diri menjawab, "Tuhan kami mengetahui bahwa kami adalah utusan-utusan kepada kamu dan tugas kami tidak lain kecuali penyampaian dengan jelas."