Advertisement
Advertisement

In Picture: Habib al-Najjar Syahid Saat Menolong Utusan Nabi Isa

Senin 06 Apr 2020 07:15 WIB

Red: A.Syalaby

Dia membuktikan ketulusannya meski berada jauh dari ujung kota

REPUBLIKA.CO.ID, Habib bin Najjar berusaha menolong para dai dari ancaman penyiksaan dan pembunuhan. Dia menasihati kaumnya agar mengikuti ajakan (dak wah) para dai. Lantas, Habib mengatakan, ikutilah orang-orang yang dalam berdakwah tidak meminta imbalan karena mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT (QS Yasin: 21).

Dalam tafsir Al-Misbah, Prof Quraish Shihab menjelaskan, penduduk negeri itu sa ngat geram mendengar nasihat Habib. Mereka pun melemparnya dengan batu hingga gugur sebagai syahid. Ketika itu, datanglah malaikat menyambut ruhnya sambil ber kata, "Masuklah ke surga." Menjawab sam butan malaikat, Habib lantas menga takan, "… alangkah baiknya se ki ranya kaum ku mengetahui apa yang menyebab kan Tuhan ku mengampuni aku dan menja di kan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan."

Quraish Shihab menjelaskan, Habib bin Najjar atau siapapun namanya bersedia membuktikan kepada kaumnya ketulusan para rasul itu meski dia berada jauh dari kota. Menurut Quraish, al-Aqsha dalam ayat itu disebut sebagai tempat terjauh dari kota. Adanya kata 'bergegas' menunjukkan sesuatu yang penting dalam hidupnya, sehingga harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

 

Kemudian, ada maksud tersirat atau menurut KH Ali Mustafa Yakub sebagai Mafhum mukhalafah dalam rangkaian ayat itu. Allah SWT memerintahkan kita agar ti dak mengikuti para dai yang dalam berdakwah meminta imbalan. Sebab, mereka merupakan orang-orang sesat. Menurut mantan imam besar Masjid Istiqlal itu, ayat di atas bermakna haramnya meminta imbalan dalam berdakwah. Karena itu, kita dilarang untuk mengikuti dai yang dalam berdakwah memasang tarif.

Ayat-ayat dalam surah Yasin ini sangat tepat jika dikontekstualisasikan dalam ayat ini. Kriminalisasi hingga pembunuhan terhadap ulama belum lama ini membuktikan jika tantangan dakwah itu nyata. Bedanya, dahulu mungkin lebih sulit karena kaum mukminin menjadi minoritas. Ketika umat Islam menjadi mayoritas sekarang, seharusnya tantangan tersebut bisa lebih mudah untuk dijawab.

Belum lagi banyaknya fitnah yang men dera lewat para ulama su'u. Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Anas bin Malik, kita bisa mengenal siapa ulama su'u. "Kebinasaan bagi umatku datang dari ulama su'u (jahat), mereka menjadikan ilmu se bagai barang dagangan yang dijual kepada para penguasa mereka untuk mendapat keuntungan bagi diri mereka sendiri.

Allah tidak akan memberi keuntungan dalam per niagaan mereka." (HR al-Hakim). Kita yang bukan dai dan ulama, dituntut untuk menjadi 'lelaki-lelaki dari ujung kota' yang mengingatkan kepada para pendusta seruan Allah SWT. Dengan menjadi pengingat itu, kita boleh jadi berharap Allah SWT akan mengampuni dosa kita dan mengangkat derajat kita. Wallahu a'lam.

Sumber : Dialog Jumat
  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 

Ikuti Berita Republika Lainnya