REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 116 orang di Korea Selatan yang sudah sembuh dinyatakan kembali positif Covid-19. Temuan ini menimbulkan sejumlah pertanyaan terkait upaya otoritas kesehatan Korea Selatan dalam mencegah gelombang kedua infeksi Covid-19.
Jumlah kasus relapse atau kambuh ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding sebelumnya. Pekan lalu, dilaporkan ada 51 kasus kekambuhan pada pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh.
Pihak yang berwenang masih melakukan investigasi terkait penyebab munculnya kasus kekambuhan Covid-19 ini. Untuk sementara, Direktur Korea Centers for Disease Control and Prevention (KCDC) Jeong Eun Kyeong menilai fenomena kekambuhan ini disebabkan oleh kembali aktifnya virus SARS-CoV-2 di dalam tubuh pasien, bukan karena pasien terkena infeksi baru.
Beberapa ahli lain berpendapat bahwa kasus kekambuhan ini lebih disebabkan oleh alat tes yang bermasalah. Salah satu ahli yang berpendapat seperti ini adalah Profesor di bidang epidemiologi penyakit menular dari Curtin University, Archie Clements.
Clements mengatakan tidak ada tes diagnostik yang sempurna untuk penyakit apa pun. Hasil positif palsu merupakan fakta yang lumrah terjadi dalam upaya pengetesan pada populasi berskala besar, terlebih di tengah wabah virus baru.
Namun, Clements juga tak menutup kemungkinan bahwa virus di dalam tubuh pasien mungkin teraktivasi kembali. Clements menambahkan, pasien yang sudah dinyatakan sembuh memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk terkena infeksi baru dari orang lain.
"Saya pikir apa yang sangat, sangat, kecil kemungkinannya adalah orang-orang ini kembali terinfeksi oleh orang lain," jelas Clements, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (14/4).
Clements mengatakan sudah ada cukup banyak bukti yang menunjukkan adanya respon imun yang kuat terhadap infeksi akibat virus corona. Oleh karena itu, orang-orang yang sudah sembuh dari infeksi tersebut akan terlindungi dari risiko kembali terinfeksi oleh virus yang sama dalam jangka waktu tertentu.
"Apa yang belum diketahui saat ini adalah sampai berapa lama (pasien yang sembuh terlindungi dari risiko infeksi kembali)," tukas Clements.