REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bulan suci Ramadhan menjadi bulan yang selalu ditunggu kehadirannya oleh umat Muslim. Beragam tradisi dan keceriaan selalu dinanti untuk memeriahkan bulan penuh pahala ini.
Namun, ada yang berbeda dari Ramadhan kali ini. Pandemi global Covid-19 tampaknya merenggut keceriaan yang kini sebatas pandangan mata. Demi menjaga kesehatan dan mengurangi penyebaran virus tersebut, banyak negara mengeluarkan kebijakan menutup masjid dan mengimbau umat Muslim melaksanakan ibadah di rumah.
Untuk mengatasi kekecewaan dan rasa sakit hati, Muslim di Inggris dan Amerika berkampanye menghadirkan "Masjid Mini" di dalam rumah. Kampanye ini dikeluarkan secara serentak pada Ahad (19/4) lalu.
"Kampanye ini sebagai upaya mendorong orang tua dan pasangan di seluruh dunia, membawa sukacita dan kebahagiaan bagi anak-anak dan keluarga mereka, dengan membuat ruang doa mini," kata Pendiri dan Direktur Eksekutif Institut Imam Ghazali, Muhammad Sattaur, dikutip di Al Araby, Kamis (23/4).
Institut Imam Ghazali yang berbasis di Amerika Serikat serta City of Knowledge Academy yang berbasis di Inggris mempelopori kampanye ini. Sattaur menyebut, ia dan tim melihat cinta dan dukungan yang luar biasa untuk ide tersebut.
Terlihat sangat alami dan mempersatukan, ketika banyak keluarga mendukung dan ingin membangun lingkungan yang menyenangkan bagi anak-anak, terlebih dalam kenyamanan rumah mereka sendiri. Pada Kamis (23/4), sebanyak 3.915 keluarga di seluruh dunia telah berjanji bergabung dalam kampanye tersebut.
Dorongan penuh pertama akan terjadi pada Jumat (24/4) ketika bulan suci Ramadhan tepat dimulai. Ribuan keluarga di 15 negara yang berbeda diharapkan bisa berpartisipasi.
"Covid-19 telah mengubah banyak hal terkait komunitas kami. Saya tahu banyak yang merasa Ramadhan kali ini tidak akan sama," kata Pendiri City of Knowledge Academy, Syaikh Mohammed Aslam.
Ia melanjutkan, kampanye "Masjid Mini" ini bertujuan memastikan keluarga di seluruh dunia menikmati bulan Ramadhan dengan rasa positif, penuh kenikmatan, kegembiraan dan kebahagiaan. Masjid-masjid di seluruh dunia mungkin ditutup, tetapi pintu rahmat Allah selamanya tetap terbuka.
Ia juga percaya, masing-masing umat Muslim bisa merasakan berkah, cahaya, dan keindahan, dengan membuat area ibadah di rumah. Dengan cara itu, ia juga meyakini akan dengan mudah menghubungkan apa yang ada di hati orang tua dengan anak-anak mereka, utamanya dengan tujuan beribadah.
Umat Muslim yang bergabung dengan kampanye ini telah mengunggah "Masjid Mini" yang mereka buat dengan tanda pagar (tagar) #minimosque. Kampanye ini telah menerima dukungan dari para cendekiawan dan komunitas Muslim di seluruh dunia.
Syaikh Aslam mengatakan, Presiden Masjid al-Aqsa, Wakil Kepala Fath al-Islami di Suriah, seorang guru senior dari Dar al-Mustafa di Yaman, serta seorang cendekiawan dari garis keturunan Syaikh 'Abd al-Qadir al-Jaylani di Baghdad telah membagikan dukungan mereka.
Ketika Ramadhan dimulai, dengan ditandai hadirnya bulan baru akhir pekan ini, umat Islam di seluruh dunia berusaha mempertahankan ritual berharga bulan paling suci Islam, tanpa menyebabkan penyebaran virus lebih lanjut. Inti Ramadhan adalah puasa sejak matahari terbit hingga terbenam. Ini dimaksudkan menanamkan perenungan tentang Allah SWT.
Tetapi, di samping menahan kesulitan berpantang makan dan minum selama berjam-jam setiap hari, bulan Ramadhan juga meniupkan semangat kepada setiap orang akan gotong royong dan peduli terhadap sesama. Tahun ini, tidak diragukan lagi akan terasa berbeda. Bukannya berkumpul untuk makan besar saat matahari terbenam, banyak keluarga dan teman akan mencari kedekatan satu sama lain secara daring. Jamaah juga akan melaksanakan ibadah bersama keluarga mereka di "masjid mini" mereka sendiri, alih-alih pergi ke masjid selama berjam-jam untuk shalat malam atau tarawih.