REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak sekali bimbingan Rasulullah SAW melalui hadits-hadistnya yang menerangkan bagaimana keutamaan sholat dhuha. Beberapa hadits tentang keutamaan sholat dhuha adalah sebagai berikut:
1. Riwayat Abu Dzar RA. ''Rasulullah SAW bersabda: ''Hendaklah masing-masingmu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka, tiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang keburukan adalah sedekah dan sebagai ganti dari semua itu, cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat dhuha.'' (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud).
2. Hadis qudsi seperti diriwayatkan Hakim dan Thabrani yang semua perawinya dapat dipercaya, Allah SWT berfirman: ''Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada permulaan siang (yakni sholat dhuha), nanti akan Kucukupi kebutuhanmu pada sore harinya.''
3. Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah SAW bersabda: ''Dalam tubuh manusia itu tiga ratus enam puluh ruas tulang, ia diharuskan bersedekah untuk tiap ruas itu. Para sahabat bertanya: ''Siapa yang kuat melaksanakan itu ya Rasulullah? Beliau menjawab, ''Dahak yang ada di masjid lalu ditutupnya dengan tanah, atau menyingkirkan sesuatu gangguan dari tengah jalan itu berarti sedekah, atau sekiranya kuasa cukuplah diganti dengan mengerjakan dua rakaat sholat dhuha.''
4. Rasulullah SAW bersabda: ''Hendaklah masing-masingmu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka tiap kalai bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang keburukan adalah sedekah dan sebagai ganti dari semua itu, cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.'' (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud).
5. Dari Abdullah bin Amr katanya: ''Rasulullah SAW mengirimkan sepasukan tentara lalu banyak mendapatkan harta rampasan dan cepat pulang. Orang-orang mempercakapkan cepatnya perang itu dan banyaknya harta rampasan yang didapat. Maka Rasulullah SAW bersabda: ''Maukah kamu saya tunjukkan sesuatu yang lebih cepat dari peperangan semacam itu, lebih banyak pula rampasan yang diperoleh bahkan lebih cepat pulangnya dari itu? Yaitu seorang yang berwudlu lalu pergi ke masjid untuk bersembahyang sunnah dhuha. Orang itulah yang lebih cepat perangnya, lebih banyak rampasannya dan lebih segera pulangnya.'' (HR Ahmad, Thabrani, Abu Ya'la)
6. Dari Abu Hurairah ra katanya: ''Nabi SAW yang tercinta memesankan kepadaku tiga hal yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan berwitir dulu sebelum tidur.'' (HR Bukhari dan Muslim). Dari Anas RA katanya, ''Saya melihat Rasulullah SAW di waktu bepergian, bersembahyang dhuha sebanyak delapan rakaat. Setelah selesai beliau bersabda: ''Saya tadi bersembahyang dengan penuh harapan dan diliputi kecemasan. Saya memohonkan kepada Tuhan tiga hal lalu diberi-Nya dua dan ditolak-Nya satu. Saya memohon supaya ummatku jangan diuji dengan musim paceklik dan itu dikabulkan, saya memohon pula agar ummatku tidak dapat dikalahkan musuhnya dan ini pun dikabulkan lalu saya memohon agar ummatku jangan sampai berpecah belah menjadi beberapa golongan dan ini ditolak-Nya.'' (HR Ahmad, Nasai, Hakim, dan Ibnu Khuzaimah)
Adapun waktunya, terdapat dua waktu yang meng apit waktu dhuha: ketika matahari terbit sampai tinggi dan ketika seseorang berdiri di tengah bayangannya sampai matahari tergelincir. Agar lebih praktis, kita dapat menggunakan acuan berikut: diawali 15 menit sesudah terbit matahari dan diakhiri 15 menit sebelum waktu zhuhur.
Jika kita ingin memilih waktu paling utama, sebaiknya menggunakan hadits ini sebagai rujukan. Al-Qasim asy- Syaibani berkata: "Zaid bin Arqam RA melihat beberapa orang mendirikan sha lat Dhuha". Kemudian Zaid berkata: "Seandainya mereka tahu, sholat Dhuha setelah waktu ini sebenarnya lebih utama".
Zaid melanjutkan, Rasulullah SAW bersabda: "Shalat awwabin adalah ketika anak unta mulai (merasa) kepanasan (tamradh al-fishal)" (HR Muslim). Awwabin adalah orang-orang yang memilih kembali kepada Allah. Sebagian ulama berpendapat: lantaran pada waktu tamradh al-fishal orang-orang cenderung memilih untuk berteduh/beristirahat.
Kemudian, selesai melaksanakan sholat dhuha, dianjurkan untuk membaca doa sebagai berikut, sebagaimana yang ditemukan di kitab-kitab fiqih Mazhab Syafi’i yaitu I’anatut Thalibin, Tuhfatul Muhtaj, Hasyiyatul Jamal.
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
"Allahumma innad dhuha-a dhuha-uka, wal baha-a baha-uka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma in kana rizqi fis sama-i fa-anzilhu, wa in kana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kana mu’assaron fa yassirhu, wa in kana haroman fathohhirhu, wa in kana ba’idan faqorribhu, bihaqqi dhuha-ika, wa baha-ika, wa jamalika, wa quwwatika, wa qudrotika, aatini ma atayta 'ibadakas sholihin".
Artinya:
"Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktu dhuha-Mu, dan keagungan itu adalah keagungan-Mu, dan keindahan itu adalah keindahan-Mu, dan kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, dan perlindungan itu adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rizkiku masih di atas langit, maka turunkanlah, jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah, jika masih sukar, maka mudahkanlah, jika (ternyata) haram, maka sucikanlah, jika masih jauh, maka dekatkanlah, Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMU yang sholeh".