Senin 27 Apr 2020 22:47 WIB

Kekhawatiran RW Lakukan Pendataan Penerima Bansos

Ketua RT dan RW seyogyanya dapat melihat kondisi masyarakat yang sebenarnya.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Agus Yulianto
Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kabupaten dan Kota Bogor merespons kekhawatiran RW dalam melakukan pendapatan bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak Covid-19. Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin menuturkan, ketua RT dan RW harusnya tetap menjalankan pendataan.

"Harusnya di data saja dulu urusan ini, dapat apa nggak urusan yang terdampak, harus di data," kata Ade Yasin di Kabupaten Bogor, Senin (27/4).

Sebagai lapisan pemeritah wilayah, Ade mengatakan, ketua RT dan RW seyogyanya dapat melihat kondisi masyarakat yang sebenarnya. RW, kata Ade, diharapkan mampu memperioritaskan pendataan kepada masyarakat yang paling terdampak dan membutuhkan bantuan.

"Sekarang semua pengen (dapat bantuan), sementara kita punya keterbatasan, baik pemeritah pusat, daerah dan provinsi punya keterbatasan. Makanya, dulukan yang paling terdampak dan yang rentan, miskin," ujar dia.

Ade mengaku, tak mengetahui secara detail bantuan pemerintah pusat maupun provinsi yang telah didistribusikan. Pasalnya, bantuan itu langsung diberikan ke masyarakat tanpa melalui pemerintah daerah.

"Karena mereka langsung turun ke masyarakat termasuk provinsi, sehingga kita sulit deteksinya kadang nerimanya sedikit-sedikit saja," tutur dia.

Sampai saat ini pun, Ade menyatakan, masih melakukan penyesuaian data. Sebab, data penerima bantuan juga terus bertambah.

Ade memaparkan, pihaknya akan terus berupaya untuk mensingkronkan data tersebut. Dia menegaskan, telah melibatkan banyak pihak untuk membahas warga miskin yang belum memiliki NIK maupun KTP.

"Ada pendapat dari kejar, pengadilan, yang miskin yang butuh ada istilah yang lebih populis bahwa menolong rakyat adalah kedaulatan tertinggi," ucapnya.

Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menjelaskan, pendataan yang dilakukan di tingkat RW sudah dilakukan dengan seterbuka mungkin. Dedie mengatakan, RT dan RW telah berupaya untuk memberikan data yang valid ke Pemkot Bogor.

"RT RW sudah mengajukan data, bahkan mereka sendiri sudah berjuang untuk dapat data yang valid. Tapi ada saja masalah, misalanya NIK, ada yang juga telah dapat, double," ujar dia.

Dedie menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mengatasi permasalah tersebut. Demikian, tak ada kecemburuan sosial di masyarakat.

"Yang sudah pasti dapat (bantuan) langsung dihapus. Sehingga tidak ada data yang double-double," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement