REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Toyota Motor Corporation (Toyota) memprediksi akan akan mengalami penurunan laba sebesar 80 persen pada 2020. Ini merupakan penurunan laba terendah dalam sembilan tahun terakhir.
"Virus corona ini telah memberikan kami guncangan yang lebih besar dibandingkan krisis keuangan global 2008," ungkap CEO Toyota Akio Toyoda.
Toyoda mengatakan pandemi Covid-19 telah membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Selain itu, pandemi ini juga memunculkan kekhawatiran mengenai kemerosotan ekonomi. Kedua hal tersebut dinilai Toyoda memengaruhi performa penjualan Toyota di tahun ini.
"Kami mengantisipasi penurunan besar dalam volume penjualan," lanjut Toyoda.
Meski terjadi penurunan volume penjualan, Toyoda optimistis bahwa Toyota masih bisa bertahan tanpa mengalami kerugian. Toyoda juga berharap perusahaan yang dia pimpin dapat berperan dalam upaya pemulihan ekonomi di Jepang.
"Kami berahap bisa menjadi pemimpin dalam pemulihan ekonomi di negara ini," jelas Toyoda.
Sebelumnya, Toyota memprediksi akan meraup laba operasional sebesar 500 miliar yen sepanjang tahun ini hingga Maret 2021. Angka ini menurun 80 persen dari tahun sebelumnya yaitu 2,44 triliun yen.
Toyota juga memperkirakan penjualan global tahun ini adalah 8,9 juta kendaraan. Angka ini adalah yang terendah dalam sembilan tahun terakhir. Namun pada 2021, diperkirakan penjualan kendaraan Toyota akan kembali menyamai penjualan pada 2019 lalu, yaitu 10,46 juta kendaraan.
Rencana penjualan yang lebih rendah ini muncul setelah Reuters// melaporkan bahwa Toyota akan memangkas produksi di Amerika Utara. Pemangkasan ini dikabarkan mencapai hampir sepertiganya sampai Oktober mendatang.
Pesaing Toyota, seperti Honda Motor Co Ltd dan General Motors masih menahan diri untuk mengumumkan perkiraan serupa. Hal ini menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut masih belum memiliki keyakinan mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap perusahaan mereka.
Secara umum, perusahaan produsen mobil di Jepang saat ini sedang menghadapi menurunan penjualan mobil. Alasannya, pandemi Covid-19 membuat banyak orang menahan diri dari kegiatan berbelanja atau mengeluarkan uang. Selain itu, imbauan social distancing juga membuat sebagian besar orang tidak berpergian sehingga kebutuhan akan mobil baru menurun.
Akibatnya, beberapa ahli ekonomi melihat adanya penuruann penjaulan kendaraan global hingga sepertiga. Sebagai perbandingan, penurunan penjualan kendaraan global menurun sebesar 11 persen pada 2009/2010 setelah krisis keuangan global.