REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Umat Islam di seluruh dunia mempunyai dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Idul Fitri dilaksanakan setiap 1 Syawal setelah sebulan melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Sedangkan, Idul Adha diperingati setiap 10 Dzulhijjah, yakni sehari setelah jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijjah.
Idul Fitri merupakan hari kebahagiaan umat Islam sebagai hari raya atau hari kemenangan. Sebab, hari itu diraih setelah umat Islam mengerjakan puasa selama sebulan penuh. Rasul SAW pernah bersabda yang artinya, "Kita baru saja kembali dari perang yang kecil. Sekarang, kita akan menuju perang yang lebih besar, yakni perang melawan (mengendalikan) hawa nafsu."
Orang yang berhasil melewati atau mengendalikan diri dari hawa nafsu itulah yang memperoleh kemenangan. Rasul SAW mengumpamakan orang yang mampu mengendalikan dirinya dari godaan hawa nafsu sebagai orang yang suci, yakni fitrah. Dan, mereka yang mendapatkan kefitrahan inilah yang mendapatkan dirinya seperti bayi yang baru dilahirkan, seakan tak punya dosa.
Idul Adha diperingati sebagai bentuk kebahagiaan setelah dan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan. Dalam surah Al-Kautsar Allah berfirman, Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya, orang yang membenci kamu adalah orang yang terputus. (QS Al-Kautsar [108]: 1-3).
Kedua shalat hari raya (Id) ini disunnahkan untuk dilaksanakan di lapangan terbuka atau di masjid. Sebab, yang demikian itulah dilakukan Rasul SAW setiap tiba hari raya. Dan, salah satu tempat yang biasa digunakan oleh Rasulullah SAW mendirikan sholat Id adalah di lapangan yang terletak di kawasan al-Manakha.
Lokasi ini terletak sekitar 300 meter dari Masjid Nabawi. Sebagai bentuk penghormatan atas kebiasaan Rasul SAW mendirikan shalat di tempat tersebut, didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Mushalla, yakni masjid tempat sholat. Di Masjid inilah Rasul mendirikan shalat Idul Fitri atau Idul Adha. Abu Hurairah berkata, Setiap kali Rasulullah melalui Al-Mushalla, Baginda akan menghadap ke arah kiblat dan berdoa.
Masjid Al-Musalla yang sekarang dikenal sebagai Masjid Al-Ghamamah terletak di sebelah timur Madinah, yaitu berhadapan dengan Pasar Tamar sekarang. Letak masjid ini berdampingan dengan Masjid Nabawi di sebelah barat. Dari arah Babus Salam, bila kita melihat ke arah barat akan terlihat masjid yang memiliki kubah-kubah kecil. Warnanya kelabu dan berkubah putih.
Disebut dengan Al-Mushalla yang berarti tempat shalat karena Rasulullah mengerjakan sholat hari raya di sekitar kawasan terbuka, yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat khas shalat hari raya. Konon, peristiwa itu terjadi pada tahun kedua Hijriyah. Karena itu, masjid ini memiliki sejarah penting dalam kehidupan umat Islam.
Menurut riwayat, Khalifah Umar bin Khattab adalah orang yang membangun masjid ini persis di tempat shalat Nabi SAW. Adapun bangunan masjid yang ada sekarang ini adalah peninggalan pembangunan Sultan Abdul Majid al-Utsmani. Masjid ini pernah direnovasi kembali pada masa Raja Fahd (1411H).