Sabtu 30 May 2020 06:41 WIB

Riset: 40 Persen Data Pengguna Online Asia Pasifik Bocor

Sebagian besar konsumen sekarang cukup memahami privasi online.

Red: Nidia Zuraya
Pencurian data, ilustrasi
Pencurian data, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei yang baru-baru ini dilakukan oleh perusahaan keamanan siber global Kaspersky mengungkapkan bahwa 40 persen konsumen di Asia Pasifik (APAC) menghadapi insiden kebocoran informasi pribadi yang diakses oleh orang lain tanpa persetujuan. Sementara itu, lebih dari 5 dari 10 pengguna online di wilayah ini menyatakan keprihatinan yang sama dalam hal menjaga kehidupan virtual dan fisik mereka.

"Data kami menunjukkan perilaku online yang cukup kompleks di wilayah kita. Ini sesungguhnya merupakan kemajuan yang disambut baik dimana sebagian besar konsumen sekarang cukup memahami privasi online, tetapi kebiasaan virtual dan pengetahuan keamanan mereka masih membutuhkan perubahan," ujar Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Stephan Neumeier, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (29/5).

Baca Juga

Kaspersky menyebutkan beberapa pelanggaran melibatkan insiden berupa akun yang diakses tanpa izin (40 persen), pengambil-alihan perangkat secara ilegal (39 persen), pencurian dan penggunaan data rahasia (31 persen), data pribadi yang diakses oleh seseorang tanpa persetujuan, dan penyebaran informasi pribadi secara publik (20 persen).

Namun, penelitian yang sama menemukan bahwa lebih dari seperlima pengguna masih dengan sukarela membagikan privasi mereka untuk mendapatkan produk atau layanan secara gratis. Sebanyak 24 persen responden lainnya juga lalai dalam menjaga privasi dengan membagikan detail akun media sosial untuk kuis hiburan, seperti apakah jenis bunga atau selebriti yang mirip dengan mereka.