Selasa 09 Jun 2020 06:48 WIB

Ilmuwan Temukan Pola Ledakan Kosmik Berulang Setiap 157 Hari

Awalnya, ilmuwan berpilir ledakan kosmik FBR terjadi satu kali saja, tak berulang.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Alam semesta (ilustrasi).
Foto: www.kaheel7.com
Alam semesta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Salah satu misteri besar astronomi modern telah terungkap setelah pengamatan selama lima tahun. Ilmuwan  menemukan pola berulang dalam sinyal radio yang berasal dari galaksi kerdil kecil, sekitar tiga miliar tahun cahaya dari Bumi.

Ledakan radio cepat (FRBs) adalah salah satu topik terpanas dalam astronomi. FRBs terdeteksi untuk pertama kalinya pada 2007 oleh teleskop radio Parkes di Australia.

 

Seperti yang dilansir dari Forbes, Senin (8/6), suar radiasi enerjik yang sangat besar dalam spektrum radio ini berlangsung hanya beberapa milidetik. Sebagian besar terjadi sekali. Meskipun beberapa ribu FRBs diperkirakan datang dari luar angkasa setiap hari dan dari segala arah, ada dua yang sangat menarik. Yakni, FRB 121102 dan FRB 180916. J10158 +56.

 

Pertama kali diketahui pada 2014 oleh teleskop radio Arecibo di Puerto Rico, FRB121102 terdeteksi lagi pada 2016 untuk menjadikan satu-satunya sinyal yang telah terjadi lebih dari satu kali. Pengamatan itu memaksa para astronom untuk mempertimbangkan kembali bahwa teori FRBs adalah peristiwa satu kali yang berkaitan dengan bintang yang meledak sebagai supernova atau peristiwa bencana besar lainnya.

 

Sekarang sebuah teleskop radio besar-besaran di Inggris, Jodrell Bank Observatory yang baru dibuka kembali di Cheshire, mendeteksi 32 semburan lebih lanjut  FRB 121102 selama lima tahun yang secara krusial. Semburan ini tampaknya terulang dalam suatu pola.

 

Sebuah tim internasional yang dipimpin oleh para astronom Jodrell Bank, menggunakan Teleskop Lovell 76 meter. Publikasi temuan  tentang pemantauan radio jangka panjang  diterbitkan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. 

Tim menemukan setiap ledakan radio dari FRB 121102 berlangsung sekitar 90 hari diikuti oleh periode diam 67 hari. Perilaku yang sama kemudian diulang setiap 157 hari. Tidak ada pola dasar dalam pengulangan yang sebelumnya telah diidentifikasi, dan itu berarti para astronom sekarang dapat memprediksi kapan FRB 121102 akan “hidup” atau “mati”. 

Para astronom berpikir pola yang mereka amati menunjukkan ledakan kuat ini terkait dengan gerakan orbital dari bintang masif, sebuah bintang neutron dan sebuah lubang hitam.

Dr Kaustubh Rajwade di The University of Manchester, yang memimpin penelitian menuturkan ini adalah hasil yang menarik karena hanya sistem kedua di mana tim percaya melihat modulasi ini dalam aktivitas ledakan.

“Mendeteksi perioditas, memberikan kendala penting tentang asal usul semburan dan siklus aktivitas dapat membantah bintang neutron pendahulunya,” ujar Rajwade.

Bintang neutron adalah inti yang runtuh dari bintang raksasa, hasil dari ledakan supernova. Diperkirakan sumbu goyangan bintang neutron bisa menjadi penyebab FRB 121102, tetapi data baru menunjukkan itu bukan masalahnya. Skala waktu dari pola berulang FRB 121102 adalah kejutan besar, hampir 10 kali lebih lama daripada pola 16 hari dari apa yang diamati pada FRB 180916.J10158 + 56. 

FRB 180916.J10158 + 56 yang baru-baru ini ditemukan oleh teleskop kolaborasi Canadian Hydrogen Intensity Mapping Experiment (CHIME) di Kanada.

“Penemuan menarik ini menyoroti betapa sedikitnya yang kita ketahui tentang asal usul FRB. Pengamatan lebih lanjut dari jumlah FRB yang lebih besar akan diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sumber-sumber periodik ini dan menjelaskan asal-usulnya,” kata Duncan Lorimer , Associate Dean for Research di West Virginia University.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement