Kamis 11 Jun 2020 08:34 WIB

Padi Salibu, Teknologi Tanpa Olah Tanah di Sumbar

Teknik tanam Padi Salibu merupakan kearifan lokal petani Tanah Datar, Sumbar

Salibu merupakan kearifan lokal petani Nagari Tabek di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, yang kemudian dikembangkan di daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat [NTB] dan provinsi lain.
Foto: BPPSDMP Kementan
Salibu merupakan kearifan lokal petani Nagari Tabek di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, yang kemudian dikembangkan di daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat [NTB] dan provinsi lain.

REPUBLIKA.CO.ID, TANAH DATAR -- Penyuluh pertanian Kabupaten Tanah Datar di Provinsi Sumatra Barat tiada henti mendorong petani padi meningkatkan produksi, dengan menerapkan teknologi Salibu. Keunggulan utama, tanpa olah tanah sementara manfaatnya adalah meningkatkan indeks panen hingga tiga atau empat kali satu tahun.

Produktivitas sama dengan tanam perdana, sekitar enam hingga tujuh ton per hektar. Salibu merupakan kearifan lokal petani Nagari Tabek di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, yang kemudian dikembangkan di daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan provinsi lain.

Penyuluh Nagari Tabek, Widya Erja Syafitri mengatakan bahwaSas dan pendapatan petani, karena dapat mengurangi biaya olah tanah.

"Salibu merupakan teknologi sederhana yang dimodifikasi dari kebiasaan petani Nagari Tabek. Jerami tidak dibakar sehingga peluang pengembalian bahan organik atau jerami lebih besar, terutama dari sisa potongan batang setelah panen," katanya melalui pernyataan tertulis yang dihimpun Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan BPPSDMP).

Menurutnya, teknologi ini sangat bermanfaat bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja sangat membantu proses produksi, karena sampai panen tiga kali (IP3) tanpa pengolahan tanah. Petani Nagari Tabek mengombinasikan dengan Jajar Legowo (Jarwo) 2:1 dan 4:1. Manfaatnya, cahaya matahari yang diterima tanaman lebih maksimal sehingga mendorong fotosintesa maksimal, ditandai dengan malai terisi sempurna (minimal gabah hampa).

"Rumpun padi pun bertambah, dengan adanya tanaman sisipan dalam baris. Memudahkan petani mengendalikan hama dan penyakit seperti tikus dan blast," kata Widya.

Penyuluh Pusat di Kementerian Pertanian RI, Edizal melaporkan kombinasi Salibu dengan Jarwo 2:1 dan 4:1 akan dilanjutkan dengan teknologi Salibu setelah panen. Diketahui, umur pertanaman padi di Nagari Tabek hingga awal Juni 2020 berkisar 85 hingga 95 hari setelah tanam. 

Menurut Edizal, teknologi Salibu sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo kepada seluruh insan pertanian untuk melaksanakan dua langkah konkrit yakni penanaman lebih cepat dan bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat di tengah pandemi Covid-19.

Arahan serupa dikemukakan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi bahwa krisis pangan dapat kita tangkal. "Pertanian tidak boleh berhenti. Meskipun besok kiamat, kita harus tetap menanam. Petani tetap gas pol tanam. Pangan harus selalu tersedia. Tidak boleh ditunda apalagi dihentikan," ucap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement