REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa penduduk desa di Amazon timur menolak saran pemerintah Brasil untuk mengonsumsi obat malaria hydroxychloroquine untuk mencegah virus corona. Mereka lebih memilih mengonsumsi teh jambu, yang juga dikenal sebagai tanaman sakit gigi.
Maria de Nazaré Sajes (65 tahun), seorang penduduk Amazon, dinyatakan positif terkena virus corona setelah menjalani tes. Ia percaya bisa melawan gejalanya dengan meminum infus daun pahit teh jambu tersebut.
"Saya membuat teh jambu dan merasa sehat kembali. Orang-orang berkata: "Lihatlah Maria, bagaimana dia pulih, dia tidak demam atau sakit'," ujar Maria seperti dilansir dari laman KhaleejTimes, Kamis (18/6).
Desanya di tepi anak sungai Amazon dikunjungi oleh petugas kesehatan masyarakat untuk menguji penduduk terhadap virus yang merusak Brasil tersebut. Wabah ini membuat Brazil menjadi yang terburuk kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
"Aku takut pergi ke rumah sakit karena tidak akan ada obat alami yang kita temukan di sini, mereka tidak mengizinkan saya minum teh jambu di sana," kata seorang wanita muda bernama Maria Claudia.
Seorang perawat, Marilia Costa, mengatakan, ada resistensi terhadap penggunaan hydroxychloroquine. Sebagai contoh, mereka menerima pil untuk demam, tetapi mereka meminumnya dengan obat lokal mereka sendiri.
"Kami melihat sebagian besar penduduk di sini mengambil obat buatan sendiri yang mereka yakini memiliki kualitas penyembuhan yang hebat," katanya.
Daun jambu digunakan dalam hidangan lokal, tetapi dikatakan bekerja sebagai obat bius yang membantu menghilangkan rasa sakit. Selain itu, sifat lainnya adalah melawan virus dan digunakan sebagai obat pencahar atau afrodisiak.