Senin 29 Jun 2020 16:53 WIB

Soal IPO, Dirut Pertamina: Masih Jauh

Dirut Pertamina menegaskan tak ada agenda privatisasi aset negara melalui skema IPO

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati
Foto: Antara/Galih Pradipta
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mendapat tugas dari Menteri BUMN, Erick Thohir untuk salah satunya melepas entitas subholding perusahaan ke pasar saham. Namun, menanggapi hal tersebut Direktur Utama Pertamina, Nikce Widyawati mengatakan langkah pelepasan anak usaha ke bursa saham prosesnya masih lama.

Ia menjelaskan dalam proses Initial Public Offering (IPO) anak usaha butuh proses yang panjang. Ia menjelaskan memang dalam pembentukan proses struktur baru Pertamina kedepan Pertamina akan menjadi perusahaan yang lebih terbuka dan besar.

Baca Juga

Namun, tidak serta merta melepas aset ataupun kepemilikan negara atas Pertamina begitu saja. "Perubahan organisasi itu kaitannya sama dengan kementerian BUMN dibentuk. Profitisasi baru privatisasi. Ini gak serta merta di IPO. Gak melepas saham negara gitu. Itu masih jauh. Strukturisasi aja dulu," ujar Nicke di Komisi VI DPR RI, Senin (29/6).

Ia pun menjelaskan langkah IPO yang hendak dilakukan perusahaan memang untuk mencari pendanaan. Meski memang kata Nicke pendanaan tak hanya melalui skema IPO saja, tetapi ada cara lain seperti global bond, Proyek Financing dan juga Equity Partnership.

"Ini masih panjang. IPO hanya salah satu opsi untuk mencari pendanaan," ujar Nicke.

Ia juga memastikan langkah IPO yang dilakukan perusahaan bukan untuk menjual aset perusahaan ke publik apalagi ke asing. Ia menjelaskan tak ada agenda privatisasi aset negara melalui skema IPO ini.

"Privatisasi gak ada dalam agenda kita. IPO itu di anak cucu, cicit mungkin ada. Tapi itu belum ada di agenda, tahapan belum sampai sana. Pelepasan saham pertamina gak kita lakukan kalau gak ada ketetapan value," ujar Nicke.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement