REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akibat tingginya curah hujan di Pulau Seram sejak dua bulan terakhir ini mengakibatkan sejumlah infrastruktur jalan dan jembatan pada trans Seram mengalami kerusakan sehingga mempengaruhi arus transportasi maupun distribusi bahan kebutuhan pokok.
"Kondisi Pulau Seram hari ini benar-benar cukup memprihatinkan, baik dari sisi distribusi kebutuhan pokok maupun akses transportasi masyarakat yang ada di kawasan itu secara keseluruhan," kata ketua komisi III DPRD Maluku, Anos Yeremias di Ambon, Selasa.
Penjelasan Anos disampaikan dalam rapat kerja komisi bersama Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah XVI/Maluku dan Balai Wilayah Sungai Maluku.
Menurut dia, di Pulau Seram terdapat tiga daerah kabupaten antara lain Seram Bagian Barat (SBB)Maluku Tengah, serta Seram Bagian Timur (SBT).
Karena itu, untuk memastikan agar distribusi kebutuhan pokok terhenti atau tidak dapat dilaksanakan akibat dari putusnya beberapa ruas jalan yang disebabkan hujan lebat yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor hingga terputusnya berapa jembatan sehingga komisi III mengundang Balai Pelaksana Jalan Nasional XVI/Maluku dan Balai Wilayah Sungai Maluku untuk membicarakan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka penanganan darurat.
"Dari dua balai ini dijelaskan maupun dilaporkan kepada komisi III bahwa terjadi kerusakan jalan dan jembatan pada ruas Piru, Kairatu, Waiselang, Latu, dan Liang dan pihak balai mengakui saat ini sementara dilakukan penanganan darurat," ujarAnos.
Kemudian juga terjadi kerusakan di ruas jalan Tamilouw, Haya, Tehoru, dan sampai di Laimu hingga Werinama.
Sehingga pimpinan dan anggota komisi III akan melakukan peninjauan pada seluruh jalan yang mengalami kerusakan tersebut dan sudah disepakati dalam rapat kerja pada 30 Juni 2020.
"Bila kondisi memungkinkan maka komisi juga akan meninjau lokasi kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan di Way Laala Desa Loki, Kabupaten SBB," tandas Anos.