Kamis 23 Jul 2020 06:31 WIB

Babel Siap Reaktivasi Pariwisata Saat New Normal

Potensi pariwisata domestik Indonesia mencapai 300 juta perjalanan per tahun.

Red: Hiru Muhammad
Dalam rangka reaktivasi pariwisata di Bangka Belitung, Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Abdul Fatah mengikuti webinar Reaktivasi Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Memasuki Adaptasi Kebiasaan Baru.
Foto: istimewa
Dalam rangka reaktivasi pariwisata di Bangka Belitung, Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Abdul Fatah mengikuti webinar Reaktivasi Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Memasuki Adaptasi Kebiasaan Baru.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Dalam rangka reaktivasi pariwisata di Bangka Belitung, Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Abdul Fatah mengikuti webinar Reaktivasi Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Memasuki Adaptasi Kebiasaan Baru. 

Diikuti lebih dari 300 peserta, kegiatan ini bertujuan untuk berbagi strategi dan motivasi bagi daerah untuk kembali membuka sektor pariwisata di masa new normal. Saat membuka kegiatan webinar, Menteri Luhut B. Panjaitan mengatakan, pendapatan sektor pariwisata tahun ini mengalami penurunan sangat drastis. Bulan Mei 2020 kemarin, BPS mencatat penurunan jumlah perjalanan wisata turun hampir 100 persen dibanding pada bulan-bulan sebelumnya. 

“Bank Indonesia juga menyatakan devisa pariwisata turun menjadi 97  persen year on year. Penurunan ini luar biasa sekali, hal tersebut mengambarkan dampak pandemi Covid-19 terhadap ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif. Lebih dari 180 ribu tenaga kerja di sektor pariwisata, ekonomi kreatif, dan lebih dari 2.000 hotel telah berhenti operasionalnya. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap bahan baku produksi, dan ini semua berdampak luas pada perekonomian kita,” katanya seperti diktuip laman resmi pemprov Babel Rabu (22/7).

Indonesia memiliki potensi pariwisata domestik yang besar dengan 300 juta perjalanan setiap tahun. Saat ini, 55 persen PDB sektor pariwisata itu berasal dari wisatawan domestik. Perubahan paradigma berwisata, dari wisata massal ke wisata yang lebih berkualitas karena itu diminta agar daerah-daerah yang akan dikunjungi menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.