REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN -- Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa mengklaim penjualan produk batik di Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura mulai membaik. Ini menjadi gambaran positif mengingat penjualannya sempat ikut terdampak Covid-19.
"Karena berdasarkan informasi pedagang, sejak akhir Mei, Juni dan Juli, penjualan produk batik di Tanjung Bumi sudah mulai dibilang normal," kata Khofifah, dalam pesan pers yang diterima Republika, Ahad (27/7).
Sebelumnya, omzet penjualan produk batik di Madura sempat menurun pada Maret lalu. Dua bulan berikutnya, kondisi penjualannya dilaporkan sudah membaik. Laporan ini penting mengingat Tanjung Bumi mempunyai sejarah pembatik tulis yang panjang dan melegenda di Indonesia.
Kekayaan budaya dari para pembatik tradisional ini menjadi tanggung jawab bersama untuk melestarikan, mengembangkan dan mempromosikannga. Terlebih, salah satu andalan Produk Tekstil (TPT) di Jatim terdapat pada batik. Sebagai produk tekstil, budaya membatik di Tanjung Bumi harus mendapatkan ruang untuk promo pasarnya.
"Karena makin besar pasarnya, maka tentu kreativitas dan inovasi dari para pembatik akan terus tersupport," ucap perempuan yang pernah menjabat sebagai Menteri Sosial (Mensos) RI ini.
Pada kunjungan di Tanjung Bumi, Khofifah mengaku sempat menyaksikan koleksi batik berusia puluhan tahun. Hal itu sebenarnya untuk menunjukkan betapa detail dan lamanya proses untuk menghasilkan selembar batik.
Gubernur Khofifah berharap pemulihan ekonomi di Jatim bisa segera diwujudkan. Kemudian berlanjut pada unit usaha dan komoditasnya serta tidak hanya sekedar sektor. "Misalnya, di sektor perdagangan unit usaha apa, komoditasnya apa saja yang akan didorong, begitupun juga untuk sektor lainnya," ungkap Khofifah.
Pemilik toko batik di Tanjung Bumi,Hanif Muslim mengatakan, pernah hanya bisa menjual beberapa potong batik selama sebulan pada Maret lalu. Situasi ini hampir berlangsung hampir tiga bulan seiring dengan pandemi Covid-19. Padahal sebelum adanya Covid-19, ia mampu menjual 10 potong batik per harinya.
Sejak Idul Fitri lalu, Hanif mengaku, penjualan batiknya sudah mulai normal. Meski belum 100 persen normal, ia tetap menyukurinya. Ia berharap, pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga geliat ekonomi di daerahnya bisa bangkit kembali.