Kamis 06 Aug 2020 18:46 WIB

3 Tingkatan Kearifan Atas, Luar, dan Internal dalam Alquran

Alquran memberikan panduan untuk keseimbangan dalam hidup.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Alquran memberikan panduan untuk keseimbangan dalam hidup. Umat muslim membaca Alquran atau tadarusan di sebuah masjid. (ilustrasi)
Foto: Antara/Jojon
Alquran memberikan panduan untuk keseimbangan dalam hidup. Umat muslim membaca Alquran atau tadarusan di sebuah masjid. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu ciri Alquran adalah kesederhanaan atau harmoni antara yang ilahi dan manusia, spiritual dan material, individu dan kolektif, dan lain sebagainya. 

Alquran memperhatikan semua fakta kehidupan dan semua kebutuhan manusia. Isi Alquran berhubungan dengan semua aspek untuk membantu manusia mewujudkan tujuan mulia keberadaannya. 

Baca Juga

Untuk pendekatan moderat ini, Alquran menyebut Muslim sebagai umat pertengahan:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil.” (QS Al-Baqarah: 143). Sebagai umat pertengahan, Muslim disebut sebagai orang-orang terbaik yang pernah dilahirkan untuk umat manusia, karena mereka menyuruh kepada yang benar, memerangi yang salah, dan percaya pada Tuhan: 

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. “ (QS Ali Imran: 110).

Berdasar artikel yang ditulis Dr Hammudah Abdalati dalam laman About Islam dikatakan bahwa kearifan Alquran berfungsi dalam tiga dimensi utama, yakni ke dalam, ke luar, dan ke atas.

Ke dalam artinya ia menembus ke dalam relung hati yang paling dalam dan mencapai pikiran yang paling dalam. Ini bertujuan untuk membina kesehatan individu dari dalam. Penetrasi ke dalam ini berbeda dan jauh lebih dalam daripada sistem hukum atau etika lainnya. Itu karena Alquran berbicara atas nama Tuhan dan merujuk semua hal kepada-Nya.

Ke luar artinya Alquran mencakup semua lapisan masyarakat. Seperti mencakup prinsip-prinsip dari seluruh bidang urusan manusia dari masalah yang paling pribadi hingga hubungan internasional yang kompleks. 

Alquran menjangkau wilayah yang tidak dikenal oleh sistem hukum sekuler atau kode etik dan tidak dapat diakses oleh doktrin agama populer. Apa yang luar biasa tentang Alquran dalam hal ini adalah Alquran berurusan dengan semua aspek kehidupan manusia secara detail untuk memberi rasa ilahi dan sentuhan moral. 

Hal itu membuat kehadiran Tuhan terasa di setiap urusan manusia. Manusia mengakui Tuhan sebagai sumber bimbingan pertama dan tujuan akhir dari semua urusan. Ini adalah pembimbing spiritual manusia, sistem hukumnya, kode etiknya, dan yang terpenting cara hidupnya.

Ke atas artinya Alquran berfokus pada Tuhan Yang Mahaesa. Segala sesuatu yang tadinya atau yang itu atau yang akan, harus dilihat bahwa semuanya karena kehendak Allah. Manusia hanyalah wakil di dalam wilayah Tuhan yang luas, dan satu-satunya tujuan manusia diciptakan adalah untuk menyembah Tuhan.

Tujuan manusia hanya untuk beribadah bukan alasan untuk mengasingkan diri dan berhenti dari segala urusan dunia. Ibadah kepada Tuhan adalah undangan terbuka untuk manusia menjadi perwujudan makhluk sejati di bumi dari sifat-sifat Allah yang luar biasa.

Ketika Alquran memberi perhatian ke atas dan fokus pada Tuhan, Alquran membuka cakerawala pemikiran baru di hadapan manusia. Alquran membimbing manusia ke standard moral tinggi yang tidak dicontohkan, dan memperkenalkan sumber kedamaian dan kebaikan abadi.

Menyadari hanya Tuhan sebagai tujuan akhir manusia adalah revolusi melawan tren populer dalam pemikiran manusia dan doktrin agama. Ini sebuah revolusi yang bertujuan untuk membebaskan pikiran dari keraguan, membebaskan jiwa dari dosa, dan membebaskan hati nurani dari penaklukan.

Dalam semua dimensinya, kebijaksanaan Alquran bersifat konklusif. Alquran tidak mengutuk atau menyiksa dan tidak mengabaikan jiwa. 

Alquran tidak memanusiakan Tuhan, dan tidak mendewakan manusia. Semuanya dengan hati-hati ditempatkan di tempatnya dalam skema penciptaan. Ada hubungan proporsional antara perbuatan dan penghargaan, antara sarana dan tujuan.

Kearifan Alquran menyerukan kebenaran dalam pemikiran dan kesalehan dalam tindakan, untuk kesatuan dalam tujuan dan niat baik dalam niat. 

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 2).

الر ۚ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahaterpuji.”

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement