REPUBLIKA.CO.ID, TARAKAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalimantan Utara menyatakan siaga bersamaan mulai munculnya hotspot atau titik panas beberapa hari terakhir sebagai ancaman terjadi kebakaran hutan dan lahan. "Kami sudah siap menghadapi segala potensi bencana yang terjadi, mulai dari peralatan dan sumber daya manusia," kata Kepala Pelaksana BPBD Kaltara, Andi Santiaji Pananrangi di Tanjung Selor, Rabu (12/8).
Mencegah karhutla jauh lebih baik dibanding melakukan penanganan. Instansinya juga telah meminta BPBD Kabupaten/Kota memanfaatkan teknologi.
Saat ini, petugas antarinstansi terkait terus berkoordinasi dengan instansi lainnya seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk terus memantau perkembangan titik panas agar tidak menimbulkan kebakaran.
BPBD juga dalam waktu dekat akan memberikan sosialisasi edukasi kepada aparat desa perihal pentingnya mencegah karhutla. “Karena masuk bulan Agustus sampai akhir tahun nanti itu sudah puncak-puncaknya panas. Maka itu, langkah-langkah antisipasi harus dikedepankan,” katanya.
Per 10 Agustus 2020, tercatat ada tujuh titik panas di Kaltara yang terpantau satelit. Enam titik panas terpantau di Malinau dan satu titik terpantau di Nunukan. Beruntung, per 11 Agustus, tidak adalagi titik panas yang terpantau.