Kamis 13 Aug 2020 05:32 WIB

Sikap Pesimistis Dapat Perpendek Harapan Hidup, Kenapa?

Sikap pesimistis atau optimis terindikasi pengaruhi biokimia otak dan darah

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ternyata penting untuk memiliki sikap dan pandangan hidup optimistis. Temuan terbaru ini mengindikasikan bahwa sikap pesimistis dan optimistis dapat mempengaruhi biokimia otak dan darah. Sikap ini juga kemungkinan dapat mempengaruhi inflamasi pada dinding arteri.
Foto: Pxfuel
Ternyata penting untuk memiliki sikap dan pandangan hidup optimistis. Temuan terbaru ini mengindikasikan bahwa sikap pesimistis dan optimistis dapat mempengaruhi biokimia otak dan darah. Sikap ini juga kemungkinan dapat mempengaruhi inflamasi pada dinding arteri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap pesimistis tak hanya dapat mempengaruhi cara pandang seseorang dalam hidup. Kecenderungan untuk berkutat pada sisi negatif dari suatu hal juga dapat memperpendek harapan hidup hingga dua tahun.

Hal ini terungkap dalam sebuah studi yang dimuat pada jurnal Nature. Tim peneliti dari QIMR Berghofer Medical Research Institute menemukan bahwa orang-orang yang sangat pesimistis terhadap masa masa sekarang dan masa depan meninggal sekitar dua tahun lebih dini dibandingkan rata-rata orang.

Penyakit kardiovaskular dan beberapa hal lain menjadi penyebab kematian yang berkaitan dengan pesimisme. Menurut tim peneliti, orang-orang pesimistis cenderung tidak merawat kesehatan diri mereka sendiri dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan kesehatan orang pesimis menurun lebih cepat daripada orang pada umumnya.

Data dalam studi ini telah dikumpulkan sejak pertengahan 1990-an melalui kuesioner. Kuesioner ini diisi oleh hampir 3.000 partisipan yang di masa itu berusia di atas 50 tahun. Kuesioner ini merupakan bagian dari Life Orientation Test (LOT) yang memantau kesehatan warga Australia antara 1993-1995. Tim peneliti lalu melakukan follow up informasi pada akhir 2009.

Para partisipan juga diberikan nilai berdasarkan skala optimisme-pesimisme. Nilai ini didapatkan setelah partisipan memberikan pandangan mereka mengenai pernyataan-pernyataan yang bersifat optimistis dan pesimistis.

"Kami telah melakukan follow up terhadap sebagian orang yang mengambil bagian dalam studi kami," jelas ketua tim peneliti Dr John Whitfield, seperti dilansir Health24.

Temuan terbaru ini mengindikasikan bahwa sikap pesimistis dan optimistis dapat mempengaruhi biokimia otak dan darah. Sikap ini juga kemungkinan dapat mempengaruhi inflamasi pada dinding arteri. "Ada aspek biologis dan juga aspek psikologis sosial atau personal terkait hal ini," tukas Dr Whitfield.

Temuan ini dinilai dapat menjadi motivasi bagi orang-orang yang cenderung berkutat dengan pikiran negatif untuk mengubah pola pikir mereka. Sebuah studi pada 2019 lalu juga mengungkapkan bahwa orang dengan sikap optimistis yang berfokus pada sisi positif cenderung emmiliki kualitas hidup dan kualitas tidur yang lebih baik.

Studi lain juga menunjukkan bahwa cara pandang yang positif dalam hidup dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk berumur sangat panjang, yaitu 85 tahun atau lebih tua. Sedangkan studi sebelumnya menemukan bahwa sikap optimistis berkaitan dengan risiko penyakit kronis dan kematian dini yang lebih rendah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement