REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) akan membangun stadion mini di kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, tahun ini. Kemen PUPR mengalokasikan anggaran sebesar Rp 10 miliar untuk pembangunan stadion tersebut.
Stadion mini tersebut akan dibangun di belakang SMA Negeri 6 Solo. Lahan tersebut berupa tanah lapang milik Pemkot.
Demi kelancaran pembangunan stadion mini tersebut, sedikitnya 40 bangunan semi permanen di sekitar lokasi bakal dibongkar.
Kepala Satker Wilayah 2 Balai Prasarana Permukiman Kementerian PUPR, Indra Bekti Nusantara, mengatakan, proyek stadion mini saat ini baru memasuki tahap lelang. Proses pembangunan rencananya dimulai pada Oktober 2020. Indra menyatakan telah berkoordinasi dengan Pemkot terkait rencana pembangunan stadion mini tersebut.
"Ada beberapa opsi desain, salah satunya dengan merobohkan pagar keliling. Konsekuensinya, harus memindahkan bangunan yang menempel di tembok pagar. Itu disepakati menjadi tanggung jawab Pemkot," terang Indra kepada wartawan, Kamis (13/8).
Setelah bangunan dipindahkan, Kementerian PUPR akan mulai merobohkan pagar lalu membangun stadion. Dia memperkirakan stadion mini selesai dibangun awal 2021.
"Karena ini sudah mepet akhir tahun, sehingga kami menggunakan sistem tahun jamak atau multiyears. Besaran anggaran pagu kami sebesar Rp 10,8 miliar," ungkapnya.
Dia menyebut, nantinya stadion mini akan dilengkapi tribun, lintasan lari, toilet, ruang ganti pemain serta beberapa fasilitas atletik. Luas lapangan hijau akan mengikuti standar lapangan latihan FIFA. "Jadi bukan lapangan untuk pertandingan melainkan standar pembinaan," pungkasnya.
Sementara itu, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, menyatakan stadion mini tersebut rencananya dimanfaatkan untuk ajang olahraga masyarakat. Setelah adanya stadion mini tersebut diharapkan bibit-bibit pesepakbola akan muncul.
Menurutnya, Pemkot telah melaksanakan pembongkaran lebih dari 40 bangunan yang berada di tembok pagar lapangan. Sebagian besar bangunan digunakan untuk warung, bukan tempat tinggal.
"Kami memberi biaya bongkar sebesar Rp 60.000 per meter persegi. Cuma itu, tidak ada relokasi atau lainnya," ucap Rudyatmo.