REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jamal Wiwoho, menyebut pandemi Covid-19 tidak mempengaruhi calon mahasiswa maru (camaba) dalam memilih program studi (prodi). Jamal menyatakan pernyataannya tersebut melalui data seputar jumlah peminat, lolos seleksi, dan angka keketatan pada 10 besar prodi favorit di Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) maupun Seleksi Mandiri (SM) UNS.
"Bisa dilihat kalau di Soshum, Ilmu Komunikasi masih ada di peringkat pertama dengan peminat 1.871 dan yang lolos seleksi hanya 51 orang. Lalu, di 10 besar masih ada Prodi Manajemen, Hubungan Internasional (HI), dan Akuntansi," kata Jamal yang juga ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia (MRPTNI) seperti tertulis dalam siaran pers, Jumat (21/8).
Dari data peminatan prodi melalui SBMPTN atau SM UNS, Jamal melihat ada sedikit perubahan pada 10 besar prodi favorit. Namun, perubahan tersebut tidak disebabkan oleh pandemi Covid-19, melainkan antusiasme generasi muda dalam menyambut Revolusi Industri 4.0.
"Di 10 besar ini ada S-1 Desain Interior dan S-1 Desain Komunikasi Visual. Nampaknya, anak-anak muda kita sudah mulai melihat bahwa prodi-prodi itu ke depannya mempunyai peluang lapangan pekerjaan yang sesuai dengan Revolusi Industri 4.0," jelasnya.
Jamal juga memprediksi peluang perubahan peminatan pada 10 besar prodi favorit di UNS di masa mendatang tidak akan ada perubahan yang signifikan. Menurutnya, Prodi Kedokteran, Ilmu Komunikasi, Manajemen, Informatika, dan HI, masih menjadi primadona bagi camaba yang akan mendaftarkan diri di UNS.
Di sisi lain, Jamal juga menyinggung terkait keseriusan UNS dalam mencetak bibit-bibit wirausahawan muda. Meski saat ini perkuliahan terpaksa dilangsungkan secara daring, lanjutnya, UNS tetap memasukan Mata Kuliah Kewirausahaan untuk semua Prodi.
Jamal meyakini dengan menanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini kepada mahasiswa, ilmu tersebut akan sangat berguna, baik sebelum lulus atau sesudah lulus dari UNS. "Pentingnya menanamkan jiwa kewirausahaan djuga sebagai upaya untuk mengubah pola pikir orang tua tentang keharusan anaknya melamar pekerjaan, bekerja di kantor, menjadi PNS, termasuk bekerja di BUMN," kata dia.
"Kami berharap para lulusan ini mengubah sebuah pemikiran tidak hanya lulus dan mencari pekerjaan tapi sebelum lulus juga sudah harus dipersiapkan untuk sudah menjadi wirausahawan muda," paparnya.
Dia menilai, sudah seharusnya semua perguruan tinggi di Indonesia tanggap dalam menanamkan jiwa kewirausahaan kepada mahasiswanya. Dengan demikian, pada saat lulus mereka mampu berjuang secara mandiri dan tidak terkungkung oleh paradigma masyarakat.