Senin 07 Sep 2020 11:04 WIB

Upaya Bank Sentral Australia Keluar dari Resesi

Bank sentral bisa memangkas suku bunga atau membeli obligasi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Seseorang yang memakai masker wajah terlihat di Melbourne, Australia, 25 Agustus 2020. Bank sentral Australia akan meningkatkan program pembelian obligasi atau memangkas suku bunga, guna menghidupkan kembali ekonomi dari resesi.
Foto: EPA-EFE/JAMES ROSS
Seseorang yang memakai masker wajah terlihat di Melbourne, Australia, 25 Agustus 2020. Bank sentral Australia akan meningkatkan program pembelian obligasi atau memangkas suku bunga, guna menghidupkan kembali ekonomi dari resesi.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Bank sentral Australia akan meningkatkan program pembelian obligasi atau memangkas suku bunga, guna menghidupkan kembali ekonomi dari resesi. Seperti diketahui, saat ini Negeri Kangguru tersebut tengah resesi untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir. 

Berdasarkan sebuah survei, tujuh dari 11 ekonom memprediksi, Reserve Bank of Australia (RBA) akan meningkatkan pelonggaran kuantitatif dengan memperluas program pembelian obligasi. George Tharenou dari UBS Group AG mengemukakan, perluasan itu dapat dimulai secepatnya bulan depan, namun sebagian besar lainnya memperkirakan, hal itu akan terjadi menjelang akhir tahun ini atau awal 2021.

Baca Juga

Pemotongan suku bunga dan target hasil 3 tahun menjadi 0,10 persen kurang populer. Dari tiga ekonom yang mengatakan kemungkinan tersebut, Phil O'donaghoe dari Deutsche Bank AG memperkirakan, pelonggaran akan terjadi pada Februari, lalu Shane Oliver dari AMP Capital Investors ltd melihat hal yang sama dalam enam bulan ke depan. 

Selanjutnya, James McIntyre dari Bloomberg Economics mengatakan bank sentral akan mengantisipasi langkah tersebut pada November. Dengan begitu, akan terjadi tidak lama setelah data inflasi kuartal ketiga dan tepat sebelum perkiraan terbaru RBA dirilis. 

Ia pun menggarisbawahi permintaan kredit yang lemah saat ini. Dirinya tidak setuju dengan premis Gubernur RBA Philip Lowe yang menyatakan, kelemahan pinjaman merupakan hasil dari ketakutan pandemi. 

Pekan lalu, Lowe memperluas dan memperpanjang fasilitas pinjaman RBA bagi bank, sekaligus menunjukkan kesediaan baru untuk mengeksplorasi berbagai langkah lebih lanjut, guna menghidupkan kembali pertumbuhan setelah karantina kedua negara bagian Victoria. 

Bank sentral yang mempertahankan suku bunga tunai dan target imbal hasil 3 tahun pada 0,25 persen pada Selasa lalu, juga kecewa oleh lonjakan mata uang 27 persen dari level terendah Maret. RBA ingin mendinginkan apresiasi, bahkan jika tidak dapat menghentikan atau membalikkannya. 

Tidak satu pun responden survei menyarankan bank sentral akan pindah ke suku bunga negatif atau langsung melakukan intervensi di pasar mata uang. Menurut laporan Australia & New Zealand Banking Group Ltd, pertumbuhan iklan pekerjaan hampir terhenti pada Agustus karena beberapa langkah karantina yang ketat di negara bagian Victoria diberlakukan kembali pada awal bulan, demi mengendalikan infeksi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement