REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Seorang pengungsi Muslim etnis Rohingya bernama Senowara(19) meninggal dunia di Rumah Sakit Umum (RSU) Cut Mutia Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh, pada Jumat (11/9) dini hari sehingga jumlah totalnya menjadi tiga orang yang sudah meninggal.
"Iya hari ini bertambah satu lagi pengungsi Muslim Rohingya meninggal dunia. Dengan demikian jumlah pengungsi asal Myanmar yang meninggal dunia menjadi tiga orang setelah lima hari mereka berada di Kota Lhokseumawe," kata juru bicara Satgas Penanganan Pengungsi Rohingya Lhokseumawe Marzukidi Banda Aceh, Jumat.
Ia menegaskan bahwa dengan demikian hingga saat ini sudah tiga orang imigran Muslm Rohingya yang meninggal selama berada di Balai Latihan Kerja (BLK) Kandang, Kota Lhokseumawe sebagai tempat penampungan sementara.
Disebutkannya bahwa Muslim Rohingya itu meninggal sekitar pukul 02.00 WIB karena menderita penyakit sesak napas dan demam tinggi.
Senowara merupakan salah seorang dari sebanyak 297 orang imigran yang terdampar di Kota Lhokseumawe pada Senin (7/9) 2020.
"Dia (Senowara) sore kemarin mengeluh sakit sesak napas dan panas tinggi sehingga petugas merujuk pemuda tersebut ke RSU Cut Mutia," katanya.
Namun, lanjut Marzuki, saat dalam penanganan petugas medis rumah sakit, pria etnis Rohingya itu menghembuskan nafas terakhirnya. "Senowara juga akan dimakamkan di TPU Kuta Blang Kota Lhokseumawe, sama seperti dua pengungsi sebelumnya yang meninggal dunia," katanya.
Selain itu, ia menyebutkan bahwa saat ini terdapat empat pengungsi etnis Rohingya yang masih menjalani perawatan di RSU Cut Mutia. "Ada empat yang dirawat di rumah sakit, sebagian pengungsi Rohingya di penampungan sementara itu kondisi kesehatannya masih ada yang belum stabil namun tidak parah," kata Marzuki.
Sementara itu Sekretaris Daerah Kota Lhokseumawe T Adnan mengatakan pemkot akan mengupayakan menjadikan satu ruang di penampungan sebagai instalasi gawat darurat (IGD) seiring banyak pengungsi yang sakit dan meninggal dunia.
Di ruangan IGD tersebut nantinya akan terdapat tempat tidur dan obat-obatan, dan sekaligus menyediakan perawat khusus untuk menangani pengungsi etnis Muslim Rohingya."Semoga saja dengan upaya-upaya yang kita lakukan ini tidak ada lagi pengungsi yang meninggal dunia," demikian T Adnan.