Senin 12 Oct 2020 05:30 WIB

Sunnah Haiat dari Nabi dalam Sholat Menurut Mazhab Syafii

Praktik sholat di Nusantara umumnya menggunakan mazhab Syafii.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Sunnah Haiat dari Nabi dalam Shalat Menurut Mazhab Syafii. Foto: Gerakan shalat (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Sunnah Haiat dari Nabi dalam Shalat Menurut Mazhab Syafii. Foto: Gerakan shalat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktik sholat yang dilakukan dari zaman leluhur orang Nusantara hingga saat ini, umumnya menggunakan standar sholat yang mengacu pada mazhab Syafii. Lantas seperti apa sunnah haiat dari Nabi dalam sholat menurut mazhab Syafii?

Sebelum membahas lebih jauh mengenai sunah haiat apa yang bersandar pada Nabi, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai definisi sunnah haiat. Sunnah haiat merupakan sunnah yang apabilah tertinggal karena lupa atau sengaja ditinggalkan maka sholatnya tetap sah dan tidak perlu sujud syahwi.

Baca Juga

Dalam buku Dalil Shahih Sifat Shalat Nabi SAW karya Muhammad Ajib dijelaskan, terdapat sejumlah sunnah haiat dalam sholat. Pertama, melafazkan niat. Yakni ketika seseorang hendak sholat, maka diperbolehkan baginya untuk melafazkan niat sholat sebelum mengucapkan takbiratul ihram. Adapun dalam mazhab Syafii, melafazkan niat ini hukumnya hanya sunnah dan bukan wajib.

Kedua, mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram. Yakni ketika ingin memulai sholat, maka disunahkan mengangkat kedua tangan pada saat mengucapkan takbiratul ihram. Mazhab Syafii menyandarkan sunnah haiat yang satu ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar yakni ketika Nabi memulai sholatnya, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya.

Ketiga, sedekap dan meletakkan kedua tangan di atas pusar. Yakni meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri hukumnya sunnah. Adapun dalam Mazhab Syafii, posisi kedua tangan ini diletakkan di atas pusar dan bukan di bawah pusar apalagi di atas dada.

Keempat, pandangan mata ke tempat sujud. Hal ini dilakukan agar orang yang sholat bisa mendapatkan kekhusyuan dalam sholatnya. Kelima, membaca doa iftitah yang dihukumi sunah.

Keenam, membaca ta’awudz sebelum membaca Surah Al-Fatihah. Membaca ta’awuz juga disunahkan dibaca pada setiap rakaat sholat. Baik di rakaat pertama, kedua, ketiga, maupun di rakaat keempat.

Ketujuh, membaca Ta’min (amin) setelah membaca Surah Al-Fatihah. Kesunahan ini berlaku bagi imam maupun makmum. Kedelapan, membaca surah atau ayat-ayat setelah Al-Fatihah. Kesunnahan ini dibaca pada rakaat pertama dan kedua saja, serta hanya berlaku bagi imam dan orang yang sholatnya sendirian.

Kesembilan, takbir intiqal. Yakni takbir yang diucapkan ketika hendak rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, dan ketika hendak berdiri ke rakaat selanjutnya disebut dengan takbir intiqal Takbir intiqal hukumnya sunnah bagi imam, makmum, dan orang yang shalatnya sendirian.

Kesepuluh, membaca dengan jahr dan israr. Yakni ketika shalat berjamaah disunahkan bagi imam menahrkan bacaannya (Surah Al-Fatihah dan surah lainnya) pada saat sholat maghrib, isya, dan subuh. Begitu juga bagi orang yang sholat sendirian. Adapun sholat zuhur dan ashar disunahkan bagi imam dan orang yang sholat sendirian untuk mensirrkan bacaannya.

Kesebelas, mengangkat kedua tangan ketika rukuk bersamaan dengan mengucapkan takbir. Keduabelas, membaca tasbih ketika rukuk. Imam Nawawi mengatakan, sunah hukumnya membaca tasbih ketika rukuk. Boleh dibaca satu kali, tiga kali, lima kali, tujuh kali, sembilan kali, atau 11 kali. Namun demikian, bagi imam tidak perlu lebih dari tiga kali.

Ketigabelas, membaca tasmi’ dan tahmid ketika I’tidak. Disunnahkan bagi imam, makmum, dan orang yang shalat sendirian untuk mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah, Rabbana lakal-hamdu dan seterusnya’.

Keempatbelas, mengangkat kedua tangan ketika bangun dari rukuk. Kelimabelas, meluruskan tangan ketika posisi itidal. Keenambelas, mendahulukan lutut kemudian baru tangan ketika hendak sujud. Yakni ketika hendak sujud, disunahkan yang pertama kali mendarat adalah kedua lututnya baru kemudian kedua tangannya. Ketujuhbelas, membaca tasbih ketika sujud.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement