Kamis 15 Oct 2020 04:11 WIB

Kelembapan Pengaruhi Sebaran Aerosol dari Virus Corona

Studi menunjukkan risiko penyebaran virus corona lebih tinggi di kondisi udara kering

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau virus corona jenis baru yang disediakan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Foto: CDC via AP
Ilustrasi Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau virus corona jenis baru yang disediakan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Sebuah superkomputer Jepang menunjukkan kelembapan dapat berdampak besar pada penyebaran partikel virus. Data itu menunjuk peningkatan risiko penularan virus corona dalam kondisi kering dan dalam ruangan selama bulan-bulan musim dingin.

Penelitian Riken dan Kobe University yang merilis temuan tersebut menunjukkan penggunaan humidifier dapat membantu membatasi infeksi selama ventilasi jendela tidak memungkinkan. Para peneliti menggunakan superkomputer Fugaku untuk memodelkan emisi dan aliran partikel mirip virus dari orang yang terinfeksi di berbagai lingkungan dalam ruangan.

Baca Juga

Simulasi menunjukkan kelembapan udara yang lebih rendah dari 30 persen menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah partikel aerosol dibandingkan dengan tingkat 60 persen atau lebih tinggi. Studi tersebut juga menunjukkan pelindung wajah bening tidak seefektif masker dalam mencegah penyebaran aerosol.

Temuan lain menunjukkan orang yang berada di samping pasien Covid-19 lebih berisiko terinfeksi daripada orang yang duduk di seberang meja. Selain itu jumlah penyanyi dalam paduan suara harus dibatasi dan diberi jarak.