REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Petani singkong (ubi kayu) di Lampung kembali terpukul, lantaran harganya anjlok beberapa pekan terakhir. Sebagai bahan baku pangan di Lampung, pihak pabrik hanya membeli komoditas petani tersebut kisaran Rp 400 hingga Rp 1.000 per kg, padahal normalnya Rp 1.200 hingga Rp 1.400 per kg.
Keterangan yang diperoleh Republika.co.id pada Rabu (21/10), jatuhnya harga singkong di tingkat petani terjadi di Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Mesuji, dan Tulangbawang. Para petani di Mesuji mulai menjerit dengan harga Rp 800 per kg, sedangkan petani di Lampung Utara mengeluhkan harga Rp 1.000 per kg. Di Tulangbawang petani terima bersih seharga Rp 400 per kg, setelah ada pemotongan.
Dampak dari jatuhnya harga singkong, petani singkong di Kabupaten Lampung Utara menggelar aksi unjuk rasa di pabrik milik PT Sinar Laut Kalicinta. Petani mempertanyakan harga singkong yang dibeli pabrik sangat mengecewakan petani.
"Pabrik beli singkong kami terlalu murah, kami tidak dapat untung lagi untuk menghidupi keluarga. Lagi pula pabrik seenaknya menurunkan harga, sedangkan petani tidak bisa berbuat banyak," kata Aprian, peserta aksi demo.
Dia mengatakan, harga singkong yang diterima bersih petani di Lampung Utara hanya Rp 1.000 per kg. Sedangkan harga normal bisa mencapai Rp 1.400 atau Rp 1.500 per kg dengan potongan sekira 14 persen.
Sedangkan Yanto, petani singkong di Brabasan, Mesuji, mengatakan, jatuhnya harga singkong sudah terjadi beberapa pekan terakhir. Banyak petani singkong tahun ini merugi, tidak balik modal, karena pengumpul hanya membeli singkong petani yang panen seharga Rp 800 per kg.
"Biasanya harga singkong normalnya Rp 1.200 sampai Rp 1.400 per kg," kata Yanto.
Menurut dia, harga Rp 800 per kg tidak bertahan lama dan bisa jatuh lagi seperti biasanya mencapai Rp 500 per kg. Dia berharap pemerintah membantu petani singkong untuk menstabilkan harga di tingkat petani, karena yang menentukan harga pihak pabrik secara sepihak.
Dia mengatakan, saat ini petani sedang panen singkong dan produksinya meningkat, tapi harga jatuh. Artinya, kata Yanto, produksi singkong meningkat tapi petani tidak mendapatkan untung, malah merugi, karena pabrik menentukan harga sepihak.
Kabag Ekonomi Pemkab Mesuji Arif Arianto akan memanggil perusahaan penampung singkong petani, dan juga pemilik lapak (pengumpul) singkong di tingkat petani untuk membicarakan harga yang anjlok. Pemkab dan petani akan duduk bersama dengan pihak perusahaan pemilik pabrik dan pengumpul (lapak) untuk mencari tahu sebab terjadi penurunan harga singkong. Padahal produksi singkong petani sedang meningkat.