REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa saham Indonesia mulai menunjukkan perbaikan setelah mengalami tekanan yang cukup dalam akibat terdampak pandemi Covid-19. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terperosok ke level 3.900 pada Maret lalu sebelum perlahan naik ke posisi 5.400 pada Selasa (10/11) kemarin.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Anugerah Zamzami Nasr, mengatakan, pergerakan IHSG yang cenderung membaik ini mendapat dorongan kinerja saham emiten badan usaha milik negara (BUMN), khususnya dalam beberapa bulan terakhir.
"Kinerja keuangan emiten BUMN secara tahunan mayoritas masih menurun. Meski demikian, secara kuartalan (QoQ) banyak emiten BUMN yang menunjukkan perbaikan di kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua," kata Anugerah kepada Republika.co.id, Rabu (11/11).
Berkaca pada pergerakan saham-saham emiten BUMN di Indeks BUMN 20, Anugerah menyebut, penurunannya masih lebih dalam dibandingkan IHSG. Secara ytd, indeks BUMN 20 terkoreksi sebesar 15,8 persen. Sedangkan IHSG koreksinya sedikit lebih rendah yaitu sebesar 13,3 persen.
Namun dalam tiga bulan hingga enam bulan terakhir, Anugerah menilai, indeks BUMN 20 memiliki performa yang cukup baik dibanding IHSG. Dalam enam bulan terakhir indeks BUMN 20 sudah naik 36,5 persen sedangkan IHSG hanya naik 18,8 persen.
Menurut Anugerah, saham emiten BUMN yang berkontribusi terhadap kenaikan bursa ini berasal dari sektor perbankan yang mencapai 35 persen. Selain itu, sektor lainnya yang berkontribusi mendongkrak kinerja bursa saham yaitu tambang serta industri dasar dan kimia.
Secara umum, Anugerah mengakui, kinerja saham emiten BUMN tidak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja bursa. Sebabnya, tidak semua BUMN mempunyai kapitalisasi pasar yang besar. Dari 20 emiten dengan bobot terbesar di bursa, saham-saham perbankan yang mendominasi kenaikan seperti BBRI, BMRI, dan BBNI.
Sementara itu, analis Senior CSA Research Institute Reza Proyambada mengatakan saham-saham emiten BUMN seringkali dianggap menjadi leading saham, terutama saham-saham perbankan dan BUMN berkapitalisasi pasar yang besar lainnya. Namun, sejauh ini sejumlah saham BUMN masih menunjukkan kinerja yang menurun.
"Selain karena persepsi kinerjanya yang tertekan secara riil juga terlihat turun kinerjanya karena imbas kondisi Pandemi ini," kata Reza.
Di sisi lain, dengan membaiknya kondisi makroekonomi Indonesia dimana kegiatan bisnis kembali berjalan, kinerja BUMN diharapkan akan dapat meningkat. Sehingga pergerakan sahamnya juga dapat mengalami peningkatan.
Kepala riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai sampai saat ini kenaikan harga saham BUMN belum maksimal, di antaranya seperti WIKA, ADHI, PTPP, WSKT, WTON, WSBP, PGAS, PTBA, BBRI, BBNI, dan BBTN. Menurutnya, pencapaian kinerja keuangan hingga kuartal ketiga tahun ini juga belum memuaskan.
"Pencapaian kinerja keuangan hingga akhir kuartal ketiga tahun 2020 kurang memuaskan sehingga berdampak kepada harga sahamnya," kata Edwin.
Edwin mengatakan, kenaikan IHSG sejauh ini ditopang sentimen domestik maupun global di antaranya perbaikan ekonomi kuartal ketiga 2020, pengembangan vaksin Covid-19, penerbitan omnibus law UU Cipta Kerja, penyerapan anggaran Perbaikan Ekonomi Nasional hingga gelaran pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Analis Indo Premier Sekuritas, Mino mengatakan, saham emiten BUMN cukup terdampak di awal masa pandemi. Namun, Mino menambahkan, kinerja saham BUMN ini akan membaik seiring proses pemulihan ekonomi dan faktor positif lainnya.