REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Para ilmuwan MIT di Amerika Serikat mengembangkan material yang dapat menjaga barang tetap dingin tanpa menggunakan listrik. Penelitian ini terinspirasi dari bulu unta.
Dalam makalah yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Joule, dilansir dari New Atlas pada Kamis (12/11), bulu unta bertindak sebagai lapisan isolasi yang dapat menyerap gas. Bulu unta melindungi kulit hewan dari panas luar sambil tetap membiarkan keringat menguap darinya.
Akibatnya, efek pendinginan evaporasi berlangsung lebih lama. Material MIT bekerja dengan cara yang sama, karena terdiri dari lapisan hidrogel di bagian bawah, ditutup dengan lapisan aerogel berpori berbasis silika di bagian atas.
Hidrogel terdiri dari 97 persen air, yang menguap saat gel memanas, sehingga menurunkan suhu gel. Aerogel memiliki konduktivitas termal yang sangat rendah, artinya aerogel tidak menyerap banyak panas dari lingkungannya. Ini berarti hidrogel di bawahnya tetap lebih dingin daripada yang seharusnya, sehingga efek pendinginan evaporasi menjadi lebih lama.
Dalam pengujian laboratorium, lapisan 5-mm hidrogel kehilangan semua airnya karena penguapan dalam waktu 40 jam, pada suhu sekitar 30 derajat Celcius. Setelah hidrogel itu ditutup dengan lapisan aerogel 5 mm, bagaimanapun, itu bertahan selama 200 jam pada suhu yang sama sebelum menjadi kering.
Efek pendinginan evaporatif menurunkan suhu material komposit sebesar 7 derajat celcius, dibandingkan dengan 8 derajat celcius untuk hidrogel polos tetapi lebih tahan lama. Selain itu, setelah hidrogel mengering, bahan pendingin dapat berfungsi kembali hanya dengan menambahkan lebih banyak air.
Produksi aerogel saat ini melibatkan peralatan yang besar dan mahal, sehingga para peneliti mencari alternatif yang lebih praktis dan lebih murah. Pada akhirnya, diharapkan bahan yang terinspirasi dari bulu unta dapat digunakan di negara berkembang atau tempat lain yang tidak memiliki infrastruktur, untuk pengiriman dan penyimpanan makanan dan obat-obatan.