REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak mau tergesa-gesa memutuskan untuk mulai membuka kembali sekolah dan belajar tatap muka. Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, pihaknya belajar dari klaster penularan Covid-19 pondok pesantren (ponpes) yang ada di Kabupaten Bantul dan Sleman.
Kasus positif Covid-19 dari klaster ponpes ini lebih dari seratus kasus. Saat ini kenaikan kasus secara signifikan masih terjadi di DIY, bahkan ada yang dilaporkan lebih dari 100 kasus baru positif hanya dalam satu hari. "Itulah makanya kita tidak tergesa-gesa," ucapnya di Kompleks Kepatihan, Senin (23/11).
Seperti diketahui, sekolah tatap muka diizinkan pemerintah pusat untuk dilakukan pada awal tahun 2021 mendatang. Meski begitu, keputusannya tetap diserahkan kepada masing-masing pemda. Aji menyebut, di DIY sendiri kebijakan sekolah tatap muka ini dapat berbeda antar kabupaten dan kota se-DIY. Sehingga, pihaknya harus berkoordinasi terlebih dahulu sebelum diputuskannya sekolah tatap muka.
"Itu boleh (mulai tatap muka), tapi tetap masing-masing daerah harus ada penilaian. Nanti kita berkoordinasi, DIY karena wilayahnya berdekatan tentu nanti kita akan hampir sama kebijakan antar kabupaten/kota," ujarnya.
Pihaknya juga akan melihat terlebih dahulu kondisi perkuliahan tatap muka di lingkungan kampus. Sehingga, kebijakan sekolah tatap muka di tingkat dasar hingga menengah akan diambil berdasarkan hasil perkuliahan tatap muka di kampus.
Dengan begitu, sekolah tatap muka dilakukan jika perkuliahan tatap muka di kampus menunjukkan hal positif. Dalam artian, pihaknya akan mengambil kebijakan untuk memulai sekolah tatap muka di tingkat dasar hingga menengah jika tidak terjadi penyebaran Covid-19 dalam penerapan perkuliahan tatap muka.
"Kita lihat mahasiswa masuk nanti perkembangannya seperti apa. Kalau bagus ya kemungkinan (dasar sampai) menengah akan jalan. Tapi kalau masih banyak hambatan dan terjadi klaster-klaster baru (penyebaran Covid-19) ya kita tunda," ujarnya.