Selasa 24 Nov 2020 15:56 WIB

Vaksin AstraZeneca Lebih Manjur dalam Setengah Dosis

Vaksin Covid-19 AstraZeneca diberikan setengah dosis diikuti satu dosis utuh.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Penelitian vaksin Covid-19 di Univeristy of Oxford. Vaksin yang dikembangkan Oxford bersama AstraZeneca itu menurut hasil uji klinis tampak lebih manjur ketika diberikan pertama kali dalam setengah dosis diikuti satu dosis penuh setidaknya sebulan kemudian.
Foto: EPA-EFE/OXFORD UNIVERSITY / JOHN CAIRNS
Penelitian vaksin Covid-19 di Univeristy of Oxford. Vaksin yang dikembangkan Oxford bersama AstraZeneca itu menurut hasil uji klinis tampak lebih manjur ketika diberikan pertama kali dalam setengah dosis diikuti satu dosis penuh setidaknya sebulan kemudian.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- AstraZeneca dan University of Oxford telah melaporkan bahwa vaksin Covid-19 yang dikembangkannya mencapai kemanjuran hingga 90 persen dalam uji klinis. Di samping itu, mereka juga mencatat bahwa suntikan lebih efektif bila diberikan dalam rejimen setengah dosis dibandingkan dengan satu dosis.

Melalui siaran pers pada Senin (23/11), AstraZeneca menjelaskan bahwa kemanjuran vaksin 90 persen ketika diberikan dalam setengah dosis untuk kali pertama diikuti dengan satu dosis penuh setidaknya dengan jarak satu bulan. Sementara itu, kemanjurannya 62 persen ketika diberikan sebagai dua dosis penuh setidaknya selisih satu bulan.

Baca Juga

Analisis gabungan dari kedua rejimen dosis menghasilkan kemanjuran rata-rata 70 persen. Ketika didesak tentang implikasi dari temuan ini, juru bicara AstraZeneca mengatakan bahwa perusahaan masih menyelidiki.

“Kami sangat senang melihat kemanjuran 90 persen dari setengah dosis diikuti dengan pemberian dosis penuh," kata Brendan McEvoy, juru bicara AstraZeneca, dilansir Fox News, Selasa (24/11).

Juru bicara AstraZeneca mengatakan, pihaknya melihat banyak manfaat dalam rejimen tersebut. Kini, pihaknya mulai berdiskusi dengan regulator untuk memasukkan kombinasi dosis ini untuk penyelidikan klinis lebih lanjut.

"Kami akan terus mengikuti ilmu pengetahuan untuk lebih memahami data ini," tuturnya.

Temuan dari uji coba Fase 2, yang diterbitkan di jurnal The Lancet pada 19 November, mengungkapkan bahwa vaksin itu aman, meningkatkan respons kekebalan, dan lebih baik ditoleransi di antara orang dewasa yang lebih tua. Uji coba dirancang untuk memberikan dosis berbeda kepada peserta.

Menariknya, kandidat vaksin virus corona Pfizer dan Moderna yang keduanya menggunakan platform RNA messenger baru (mRNA) bekerja dengan cara yang bergantung pada dosis. Dengan kata lain, antibodi penetral ditingkatkan setelah dosis kedua.

"Ini menunjukkan manfaat yang jelas dari rejimen dua dosis," menurut pernyataan Pfizer.

“Peningkatan imunogenisitas yang bergantung pada dosis terlihat di tiga tingkat dosis, dan antara pemberian yang pertama dan peningkatan dalam tingkat dosis 25 µg dan 100 µg,” menurut data Fase 1 Moderna.

Vaksin Oxford-AstraZeneca tidak menggunakan teknologi mRNA dan sebaliknya melibatkan virus flu biasa yang tidak aktif yang diisolasi dari simpanse, diubah dengan gen untuk mengekspresikan protein lonjakan virus SARS-CoV-2. Sementara tim Oxford-AstraZeneca bekerja untuk lebih memahami data, pengumuman hari Senin mengungkapkan bahwa hasil lengkap dari analisis sementara diserahkan untuk dipublikasikan di jurnal peer-review.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement